Ilmu adalah cahaya, tapi niatlah yang menentukan seberapa terangnya cahaya itu bagi kita. Tanpa niat yang tulus, ilmu bisa menjadi beban alih-alih berkah. Pesan mendalam ini menjadi inti dari kajian `Ta’limul Muta’allim` yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Ardiansyah di hadapan para santri Pesantren At-Taqwa Depok.
Wartapilihan.com, Depok— Menurut Ustadz Ardiansyah, setiap proses menuntut ilmu harus didasari niat yang lurus. Ia mengutip sebuah syair dari Hammad ibn Ibrahim yang menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati dari ilmu (`ilmu nafi’`) hanya bisa dicapai jika tujuannya murni, yaitu Lillahi Ta’ala.
> “Percayalah, Allah tidak akan lupa kepada para hamba-Nya yang menempuh jalan kebenaran dan keikhlasan. Ketika niat kita tulus karena Allah, maka perkara dunia yang tidak kita niatkan pun akan mengikutinya,” jelas Ustadz Ardi.
Orientasi Akhirat atau Dunia?
Ustadz Ardiansyah menegaskan bahwa kerugian besar menanti penuntut ilmu yang berorientasi pada hal-hal duniawi. Seseorang yang belajar hanya demi popularitas, jabatan, ketenaran, atau kekaguman orang lain, berisiko kehilangan segalanya.
“Orang dengan tujuan seperti ini akan rugi. Ia belum tentu mendapatkan dunianya, apalagi akhirat. Padahal sebaik-baik tempat untuk berladang amal adalah akhirat, sebuah tempat yang lebih baik dan kekal,” tegasnya, merujuk pada ayat-ayat Al-Quran.
Namun, ia menambahkan sebuah pengecualian penting. Meniatkan diri untuk meraih posisi atau jabatan tertentu diperbolehkan, bahkan dianjurkan, jika tujuannya bukan untuk kepentingan pribadi. Niat tersebut harus dilandasi keinginan untuk berdakwah, menegakkan keadilan, dan memperkuat agama.
Membangun Jiwa, Mengokohkan Ukhuwah
Pesan ini selaras dengan lirik lagu kebangsaan kita, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.” Ustadz Ardiansyah menafsirkan, bahwa pembangunan jiwa—yaitu keimanan—harus didahulukan sebelum pembangunan fisik.
“Ketika masyarakatnya sudah bersih jiwanya, barulah kita bangun badannya. Dengan begitu, ukhuwah atau persaudaraan di antara mereka akan kokoh sehingga mereka dapat saling menjaga dan mengingatkan kepada kebaikan,” pungkasnya.
Kajian kitab `Ta’limul Muta’allim` ini merupakan pelajaran wajib bagi seluruh santri, dan terus dikaji secara mendalam meski telah dikhatamkan berkali-kali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya adab dan niat dalam setiap langkah menuntut ilmu.
—
Dikutip dari laporan kegiatan oleh Oruzgan Abdul Aziz, Santri SMA Pesantren At-Taqwa Depok.

