Penanganan Terorisme Diminta Hindari Kekerasan

by
Irjen Benny Mamoto sedang menjadi pembicara tamu di FISIP UI (kedua dari sebelah kiri). Foto: Eveline/Warta Pilihan.

Wartapilihan.com, Depok – Direktur Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, Irjen Benny Mamoto menjelaskan dalam menangani kasus terorisme, amat penting untuk melihat aspek budaya dari pelaku terorisme, sehingga punya cara efektif untuk membuat pelaku berbicara dan bisa menginterogasi dengan cair.

“Diperlukan metode pendekatan budaya non-kekerasan. Tidak ada ancaman, melainkan membangun komunikasi yang baik—yakni bagaimana membangun trust,” papar Irjen Benny di Gedung Auditorium Djuwono Sudarsono, FISIP Universitas Indonesia, Selasa pagi (7/3).

“Budaya yang berlaku, nilai yang berlaku, komunikasi, kesejahteraan, sanksi, itu semua ada di dalam suatu masyarakat. Pendekatan kita akan tepat jika kita menyesuaikan, bukan memaksakan budaya kita untuk mereka, tapi sebaliknya,” lanjutnya.

Menurut Irjen Benny, selama pengalamannya sebagai pemeriksa orang-orang terpidana teroris menemukan mereka bergabung dalam aksi terorisme dikarenakan perasaan kecewa, dijadikan objek dan juga janji palsu pemerintah.

“Kita melihat temuan di Lapas, mereka kecewa, merasa jadi objek dari janji-janji palsu,” tukas lelaki kelahiran Temanggung, Jawa Tengah ini. Benny mengatakan penting menggunakan cara yang lembut dan sangat personal terhadap para pelaku.

Hal ini pun diamini oleh Dr. Riefqi Muna yang notabene merupakan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Ia memaparkan tindakan terorisme melalui suatu konstruksi sosial dan psikologis yang kompleks sehingga tindakan terorisme tersebut tetap ada sampai saat ini.

“Terjadinya tindakan terorisme bukan suatu peristiwa yang datang begitu saja, tapi juga merupakan proses konstruksi psikologis dan sosial yang menyangkut ketidakpuasan, kekecewaan yang ada di dalam dirinya ketika berhadapan dengan dinamika yang ada di sekitarnya,” jelasnya.

Seminar yang bertajuk Politik Islam, Ancaman dan Strategi Penanggulangan Terorisme ini diselenggarakan oleh Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PSTTI-UI) dan Institute For Peace and Security Studies (IPSS) berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Acara ini membahas mengenai fenomena terorisme yang tengah marak di dunia, yang saat ini melekat sebagai stigma terhadap ajaran Islam.

Reporter: Eveline Ramadhini