Wartapilihan.com, Bogor – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin menyayangkan terjadinya teror kepada umat Islam dengan munculnya ledakan mobil saat Tabligh Akbar yang dihadiri Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab di Cawang, Jakarta Timur, Ahad dini hari (16/4).
“Suasana politik jelang Pilkada DKI tanggal 19 nanti semakin panas, dan kita juga paham adanya berbagai kepentingan dibalik Pilkada ini. Sementara bagi kita umat Islam, kepentingannya hanya untuk dakwah bukan untuk kepentingan materi atau proyek, ini yang harus dipahami oleh semua khususnya para pembela Ahok,” ujar Kyai Didin kepada Warta Pilihan, Ahad (16/4).
Oleh karena itu, kata Kyai Didin, tidak boleh kemudian adanya provokasi kepada umat Islam. “Karena umat Islam selama ini tidak pernah melakukan hal-hal semacam itu, bahkan selalu membela bangsa dan negara,” ucapnya.
Ia mengingatkan kepada pihak yang tidak setuju kepada umat Islam atau yang berseberangan jangan lagi melakukan provokasi. “Jadi umat Islam jangan dipancing-pancing lah,” tuturnya.
“Dan kepada para ulama, tokoh masyarakat dan umat Islam, kita harus selalu tetap tenang banyak berdoa serta selalu membangun persatuan, jangan sampai diadu domba diantara kita. Saya yakin dengan sikap seperti itu, Allah akan memberikan kemenangan kepada umat Islam,” tambah Kyai Didin.
Prof Didin juga menyayangkan adanya tuduhan sentimen SARA (Suku, Agama, Ras dan Aliran) kepada umat Islam yang ingin menjalankan perintah agama terkait kepemimpinan.
“Agama itukan urusan manusia kepada Allah dan Rasulnya, kepada Al Quran. Jadi kalau menjalani agama dibilang SARA artinya menganggap SARA kepada Al Quran, itu sikap yang sangat tidak benar,” ujar pemimpin Pesantren Ulil Albab Bogor ini.
Seharusnya, kata Kyai Didin, orang menghina agama itulah yang disebut SARA, “Tetapi kalau membawa agama kepada kehidupan itu bukan SARA, malah seharusnya karena kita ini kan diperintahkan dalam agama untuk memilih pemimpin Muslim,” jelasnya.
“Dan menurut saya, justru yang dikatakan SARA itu orang-orang yang melarang membawa agama dalam kehidupan politik,” tambahnya.
Kata Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIKA Bogor ini, membawa agama dalam semua aspek kehidupan itu adalah kewajiban dan akan menjadikan kehidupan lebih baik. |
Reporter : Saiful