Wartapilihan.com, Jakarta – Cawang Kompor, Jakarta Timur, Ahad dinihari, 16 April 2017. Jelang Habib Rizieq Shihab mengakhiri doa penutup tabligh akbar peringatan Isra Miraj, tiba-tiba sebuah Avanza hitam meleduk dan melorot dari ruas Jl MT Haryono ke arah Jl Cawang II tempat kerumunan jamaah peserta tabligh akbar.
Avanza berapi tanpa pelat nomor itu merosot mundur sejauh 100 meteran ke arah massa di sekitar Markaz Dewan Pimpinan Daerah FPI (Front Pembela Islam) Jakarta. Orang-orang berhamburan menghindar. Mobil terhenti setelah menggasak 4 motor yang terparkir di pinggir jalan. Sebagian jamaah segera mengevakuasi motor-motor itu agar tak turut terbakar dan meledak.
Dipergoki pula dua mobil kijang misterius tak bertuan di dekat Avanza tadi terparkir. Belakangan diketahui, nomor pelat keduanya bodong. Yang Kijang Grand B 1525 AD bermuatan 5 jerigen tanpa penutup berisi bahan bakar, dan Kijang kapsul B 7208 XQ berisi 4 jerigen. Seorang anggota Laskar FPI menduga cairan dalam jerigen itu Pertamax. ‘’Warnanya biru,’’ kata dia.
Jam 03.00 baru tim Gegana Polri tiba di lokasi. Ketiga mobil diamankan, lingkungan TKP (tempat kejadian perkara) disisir, saksi dimintai keterangan. ‘’Tidak ditemukan terorisme’’. Selesai, selanjutnya tunggu proses penyelidikan.
Di tengah kepanikan massa, Habib Rizieq didampingi Ketua FPI Jakarta Habib Muhsin Alattas dan Panglima Daerah Laskar Pembela Islam Jakarta, tetap menyerukan agar tenang. Jangan terprovokasi, termasuk oleh dua pengendara motor yang ngebut melintas sambil berteriak-teriak, ‘’Dua, dua!’’
Menurut Sekretaris Jendral FPI, Ahmad Shobri Lubis, peristiwa Cawang itu bentuk teror untuk membunuh Habib Rizieq. ‘’Ini upaya pembunuhan kesekian kalinya,’’ kata Shobri lewat pesan singkat.
Sekjen FPI sendiri juga pernah mengalami horor serupa. Pada 2012, Shobri bersama Habib Muhsin Alattas, Wasekjen KH Awit Masyhuri, dan Panglima LPI Ustadz Maman Suryadi, nyaris jadi ‘’bancakan’’ gerombolan preman.
Persisnya 11 Februari 2012, rombongan Dewan Pimpinan Pusat FPI tersebut saat hendak turun dari pesawat Sriwijaya Air di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dihadang ratusan massa yang mengatasnamakan Suku Dayak. Massa yang entah bagaimana bisa berkeliaran di apron bandara itu, bahkan bersenjata tajam seperti panah, mandau, dan samurai.
Dalam rilisnya berdasarkan hasil investigasi, FPI membeberkan bahwa massa preman itu dipimpin Yansen Binti, Lukas Tingkes dan Sabran. Anehnya, mereka bermarkas di Rumah Betang, yakni aula pertemuan adat di Kompleks Kegubernuran Kalimantan Tengah.
Lolos dari Palangkaraya, malam harinya Tim DPP FPI juga nyaris dikeroyok di Kuala Kapuas. Shobri berempat selamat, tapi kepengurusan FPI Kuala Kapuas gagal dilantik saat itu.
Habib Rizieq juga pernah lolos dari upaya penangkapan. Pada 11 Februari 2017, jelang Aksi Bela Islam 112, Habib disatroni sekelompok polisi di kawasan Puncak, Bogor.
Sehari sebelumnya, Jumat (10/2) siang, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus, mengatakan pihak kepolisian menyiapkan surat perintah penangkapan untuk Rizieq apabila tersangka dugaan penodaan Pancasila itu mangkir lagi dari panggilan pemeriksaannya yang kedua.
“Nanti kami lihat sampai jam 00.01 WIB (11/2/2017) sudah lepas dari tanggal 10 Februari 2017 maka kami keluarkan surat perintah untuk membawa (Rizieq),” kata Yusri di Bandung.
Hal itu dipertegas Kapolsek Megamendung pada Jumat (10/2) malam mengenai rencana penangkapan Habib di Pesantren Alam dan Agrokultural Megamendung yang dikenal sebagai Markaz Syariah.
Namun menurut penuturan sumber dari lingkungan dalam FPI, penangkapan urung terlaksana lantaran terjadi negosiasi dengan aparat dari kesatuan lain yang mengawal Habib. ‘’Silakan Habib dibawa sekarang, tapi besok pagi dia harus sudah ada di Masjid Istiqlal,’’ ujar komandan pengawal itu kepada komandan penangkapan, seperti ditirukan sumber wartapilihan.
Habib Rizieq akhirnya hadir dalam Aksi 112 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Ia tiba sekitar pukul 08.35 WIB dengan mobil bernomor polisi B 1 FPI, dilanjutkan berjalan kaki di tengah massa yang menyambutnya. |
Redaksi : Nurbowo