Tujuan hidup manusia di dunia ini, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an surah Adz-Zariyat ayat 56, semata untuk beribadah kepada Allah. Aktivitas dan tindakan manusia harus diperuntukan kepada pencarian ridha Allah SWT, bahkan dalam aktivitas semacam tidur, makan dan minum.
Wartapilihan.com, Jakarta — Dalam rangka melaksanakan ibadah inilah manusia dijadikan sebagai aktor sejarah, pembuat sekaligus pelaku sejarah. Beragam tindakan dan aktivitas manusia baik secara individu, kelompok maupun keseluruhan ini dipandang dari segi jauh-dekatnya dengan risalah: Apakah ia beribadah, bertauhid kepada Allah, berbuat kebaikan dan kebajikan, atau malah berbuat ingkar, membuat kerusakan di muka bumi, serta melakukan kekejian. Oleh sebab itu sangat mungkin jika dalam perjalanan sejarah ini, jika ada individu manusia yang seharusnya dipandang positif lantaran melakukan peribadahan kepada Allah SWT semata, mencegah kerusakan dan menyeru pada kebaikan, namun zaman dan masyarakatnya akan dianggap buruk jika kelompok umat manusia mayoritas berada dalam kekufuran.
Manusia yang membuat sejarah dan menjadi aktor sejarah ini sesungguhnya berada dalam dua kemungkinan mutlak, yaitu bertauhid serta berbuat kebajikan, atau ingkar serta berbuat kerusakan. Untuk itulah sejarah umat dan bangsa-bangsa terdahulu dijadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran, petunjuk dan hikmah bagi Nabi Muhammad SAW serta umatnya. Dari Al-Qur’an diharapkan umat manusia secara umum dapat mengambil pelajaran, petunjuk dan hikmah dari kisah-kisah sejarah umat terdahulu. Baik yang dijadikan teladan untuk dicontoh, atau pun dari kaum yang ingkar untuk menghindari pengulangan kesalahan serta keburukan mereka.
Ada tiga fungsi sejarah yang paling utama dalam pandangan Al-Qur’an ialah, pertama sebagai petunjuk (huda), sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran ayat 137-138, dimana Allah ta’ala berfirman:
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah,karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul) (137) (Al Quran) ini adalah keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran (mau’izhoh) bagi orang-orang yang bertakwa (138)”(QS Ali Imran: 137-138)
Sejarah merupakan petunjuk di mana berbagai perjalanan hidup umat dan bangsa terdahulu dikemukakan, ada yang berada di jalan hidup yang benar, namun banyak pula di jalan yang sesat dan ingkar.
Kedua, sebagai pelajaran, yang di antaranya tercantum dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 111 serta Ali Imran 138.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang mempunyai akal.”(QS Yusuf: 111)
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Al Quran) ini adalah keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran (mau’izhoh) bagi orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran: 138)
Ketiga, sebagai peneguh keimanan dan hiburan bagi Rasulullah SAW dan orang-orang beriman. Al-Qur’an menuturkan:
عَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.(QS An-Nur: 55)
Sejarah dalam Al-Qur’an selain sebagai petunjuk dan pelajaran, juga berfungsi sebagai peneguh keimanan dan refleksi atas janji Allah kepada orang-orang beriman dan beramal shalih, tentu dalam konteks keimanan umat Muhammad Rasulullah. Sebagai firman dan juga petunjuk dari Allah kepada siapa saja yang beriman kepadaNya, Al-Qur’an menegaskan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shalih, akan menjadi khalifah di muka bumi selama ia berpegang teguh kepada agama Islam. Dalam keteguhan dengan Islam inilah Allah menjadikan umat Muhammad bin Abdullah SAW menjadi khalifah, umat yang terdepan, pemenang dan penguasa di muka bumi. Selain itu, berpegang teguh kepada agama Allah juga memberikan rasa tentram dan aman dalam jiwa orang-orang beriman dari ancaman musuh-musuhnya.
Ilham Martasyabana, pegiat sejarah Islam