Bahaya Terapi Sulih Hormon

by

Terapi sulih hormon menjadi pilihan banyak wanita menopause. Terapi ini bisa membantu wanita itu mengurangi risiko penyakit yang berkaitan dengan berhentinya produksi hormon estrogen. Risikonya, dapat menyebabkan kanker payudara.
Wartapilihan.com, Jakarta —Banyak wanita yang cemas bila menghadapi masa menopause. Mereka kawatir berbagai penyakit akan berdatangan. Sebab ketika masa menopause, kulit wanita mulai keriput dan kasar, penyakit jantung, keropos tulang, gejolak panas di tubuh, rematik, gangguan berkemih, dan stres, akan mengancam. Semua penyakit itu berkaitan dengan estrogen dan progesteron yang tidak lagi diproduksi.

Tidak ingin terkena penyakit tersebut, sebagian dari mereka mengakalinya dengan terapi sulih hormon. Mereka mendatangi beberapa klinik yang menyediakan fasilitas terapi sulih hormon berupa estrogen dan progesteron (progestin sintetis). Mereka rela mengeluarkan uang untuk mendapatkan hormon tadi. Yang penting bagi mereka, hormon alami yang hilang bisa tergantikan.

Padahal terapi sulih hormon juga punya efek samping. Penelitian para periset di University of Missouri-Columbia, Amerika Serikat telah menghubungkan hormon progestin alami dan sintetis dengan produksi sel kanker khusus yang bekerja mirip sel induk manusia. Hasil studinya dikutip oleh situs sciencedaily.com (12/7/2017).

“Kami telah menunjukkan bahwa progestin alami dan sintetis mempercepat perkembangan kanker payudara dan meningkatkan metastasis ke kelenjar getah bening,” kata Profesor Salman Hyder, Guru Besar Tumor dan Ilmu Biomedis pada College of Veterinary Medicine, the Dalton Cardiovascular Research Center, University of Missouri.

Dalam serangkaian tes di laboratorium, tim riset di bawah pimpinan Hyder menggunakan sel kanker payudara manusia yang responsif hormon estrogen untuk memeriksa efek progestin. Walhasil, progestin alami dan sintetis ternyata secara signifikan meningkatkan ekspresi protein CD44, sebuah molekul yang terlibat dalam pembelahan sel, komunikasi sel, serta migrasi sel.

Selain itu, kehadiran progestin menyebabkan komponen ini berperilaku seperti sel yang mirip dengan sel kanker. Maka, Hyder menyebutnya sebagai sel langka. Sel langka ini sebenarnya merupakan kumpulan sel kecil yang – bekerja seperti sel induk normal – memperbarui diri sendiri, menciptakan salinan dirinya sendiri dan berkembang biak.

Setelah diuji lagi, Hyder melihat sel langka itu gampang berkembang ketika dirangsang progestin, yang biasanya terkandung pada homon sintetis. “Sel-sel ini meningkatkan resistensi terhadap terapi, dan berisiko terhadap metastasis (penyebaran),” ujarnya.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemberian hormon yang ditujukan untuk melindungi wanita menopause dari berbagai penyakit degeneratif dan terkait dengan faktor hormonal, justru berbahaya bagi kesehatan wanita. Dari hasil penelitiannya, Hyder berharap ilmuwan segera menciptakan obat yang dapat memerangi pertumbuhan tumor yang bergantung pada progestin.

Temuan Hyder tentu membuat kawatir wanita yang akan menjalani terapi tadi. Kanker payudara termasuk jenis kanker yang paling ditakuti. Jumlah penderitanya terbanyak di dunia. Menurut data dari GLOBOCAN (Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence) pada 2012, persentase kasus baru kanker payudara mencapai 43,3% dari total penduduk wanita di dunia. Kanker ini juga menempati urutan pertama penyebab kematian dengan persentase 12,9%.

Sedangkan data di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 yang digelar Kementerian Kesehatan, menunjukkan bahwa kanker ini menempati urutan kedua di bawah kanker serviks. Ada pun prevalensinya sebesar 0,5% dari total penduduk Indonesia – berselisih 0,3% dengan kanker serviks. Sementara itu angka kematian, berdasarkan data di Rumah Sakit Kanker Dharmais, -2013, kanker payudara menjadi penyebab utama dengan 217 kasus – lebih banyak dibandingkan tahun 2012 (130 kasus).

Wanita sebenarnya banyak diuntungkan dengan keberadaan hormon estrogen dan progesteron. Hormon tersebut melindungi wanita dari berbagai penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, stroke, dan keropos tulang. Namun produksi hormon tersebut berkurang secara bertahap ketika wanita mulai menginjak umur 35 tahun. Produksi hormon kewanitaan berhenti total begitu menginjak umur di atas 50 tahun. Masa inilah yang disebut menopause. Bahkan, dalam beberapa kasus, ada wanita yang sudah menopause di bawah usia tersebut. Ketika menginjak masa tersebut, berbagai penyakit yang ditakutkan mulai bermunculan.

Helmy K

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *