Dosen Unpad : KPK Belum Tegas Soal Audit Keuangan

by
Syaiful Rahman memberikan ceramahnya dalam Insists Saturday Forum (14/1). Foto : Eveline Ramadhini

Wartapilihan.com, Jakarta – Menurut Syaiful Rahman CMA, Dosen Akuntansi di Universitas Padjajaran, Komisi Pemberantasan Korupsi belum tegas soal audit keuangan. Menurutnya, pada masa ini, KPK sebagai lembaga audit belum bisa memberikan sistem pengendalian yang adil. “Di dalam KPK tidak ada yang kontrol bukti akuntansi menjadi bukti hukum. Padahal itu hal yang sangat penting,” terangnya. Hal ini ia refleksikan pada Kasus Rumah Sakit Sumber Waras. Menurutnya, kasus tersebut harusnya bisa dilihat dari bukti akuntansi yang ada yang dapat dikonversikan menjadi bukti hukum.

Pernyataan Syaiful diungkapkannya pada Sabtu (14/1), dalam INSISTS Saturday Forum di Kalibata,Jakarta Selatan. Kajian kali ini bertajuk “Akuntansi dan Kontrol Perilaku”. Kajian Sabtuan ini diadakan oleh INSISTS dalam rangka memberikan pencerdasan kepada publik melalui kajian-kajian akademis baik secara diskursus dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dosen tetap Departemen Akuntansi Unpad ini menjelaskan tentang bagaimana sajian informasi akuntansi dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan produsen. Di awal kajian, ia menjelaskan QS Al-Baqarah: 282 tentang Akuntansi (catat-mencatat dalam keuangan). “Islam mengajarkan kita untuk mencatat hutang piutang, kemudian menjadi adil,”ungkapnya.

Lelaki kelahiran Bandung ini sebagai intermezzo menjelaskan bahwa sejak zaman kekhalifahan Umar sistem akuntansi sudah mulai diaplikasikan. “Wilayah dakwah sudah tersebar (pada masa itu) sehingga harus ada administrasi , minimal daerah yang sudah menjadi komunitas muslim.”

Hal ini diperkuat dengan temuan arkeologis dari reruntuhan Uruq di Irak yang ditemukan catatan akuntansi milik pemerintah dari hasil bayar pajak penduduknya. Dengan kata lain akuntansi sudah diterapkan sejak 3.000 tahun silam.

Selain itu, ia juga menjelaskan tentang konsep ideal bagaimana seorang akuntan muslim berkontribusi. “Jika mau jihad, perangi ketimpangan sosial. Jangan sampai (laporan keuangan dari) akuntan malah menyebabkan ketimpangan sosial,”tuturnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa para akuntan era ini harus memiliki tidak hanya kemampuan tertulis, tapi juga kemampuan berkomunikasi pada manusia. Karena, data sajian yang diinformasikan oleh akuntan dapat berpengaruh pada pengambilan keputusan.
“Informasi yang salah menyebabkan pengambilan keputusan yang salah, itulah titik dimana akuntansi dapat mengontrol perilaku manusia maupun organisasi,” imbuhnya.

Menurut Syaiful, akuntansi dapat mengontrol perilaku manusia maupun organisasi melalui empat proses, yaitu (1) penyajian dan distribusi informasi, (2) penciptaan nilai tambah, (3) desain insentif dan tata kelola, dan (4) peran organisasi profesi. Sehingga antara akuntansi dan perilaku manusia/organisasi saling mempengaruhi satu sama lain.

Lelaki yang sudah bergabung dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sejak di bangku kuliah ini memiliki gagasan yang segar dengan slogan “Accounting For Society” yang menjelaskan “Kami berkontribusi, maka kami ada” untuk mewarnai akuntansi yang lebih transparan dan dapat dipercaya, serta lebih menitikberatkan pada kebermanfaatan. Karena menurut pandangannya, ihsan adalah ketika manfaat sosial lebih besar daripada biaya sosial. Sedangkan adil adalah manfaat sosial sama dengan biaya sosial dan dzalim adalah ketika manfaat sosial lebih kecil daripada biaya sosial.

“Jika teman-teman masuk IAI, cobalah untuk menerapkan gagasan ini, supaya IAI bisa lebih baik,” terangnya dengan penuh semangat.
Sajian oleh lulusan Technische Universitat Munchen ini diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang diajukan untuk direnungi bersama, “Bagaimana membuat sebuah akuntansi yang kontributif bagi kejayaan Islam?” *

Reporter : Eveline Ramadhini
Redaksi : Nuim Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *