Wartapilihan.com, Jakarta – Ahad, dua pekan lalu, menjadi hari yang mengejutkan bagi muslimah berusia 40 tahun ini. Rani (bukan nama sebenarnya) tak menyangka, donasinya untuk Aksi Bela Islam dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI membuat sejumlah orang yang mengaku polisi mendatangi rumahnya.
“Ada empat orang yang mengaku dari Bareskrim. Katanya mau ketemu saya karena ada temuan. Saya bertanya temuan apa, mereka tidak mau jelaskan dan minta izin untuk masuk. Saya tidak persilahkan masuk karena saat itu saya sedang sendiri di rumah,” ujar Rani (40 tahun) yang bertempat tinggal di Jakarta ini.
Sontak kedatangan para tamu ini mendorong Rani menghubungi saudara laki-lakinya untuk mendampingi. Rani lalu mengizinkan mereka masuk dan berbincang di teras rumah. Di situ, mereka menyodorkan pertanyaan apakah benar dirinya memberikan dana untuk aksi 411? Rani pun tidak menampiknya. Menurutnya, perjuangan pasti membutuhkan dana. Apalagi, ini untuk perjuangan membela agama.
“Saya bantu-bantu saudara muslim. Mungkin mereka perlu logistik, makan minum, itu saja. Terbukti aksi tersebut berjalan baik-baik saja dan damai. Sampai saat ini tidak ada kerusuhan apa-apa. Tidak seperti Mei 1998,” tutur Rani kepada Warta Pilihan, Selasa (21/2).
Pertanyaan perihal dana infaq ternyata tidak berhenti di situ. Mereka lalu memberikan informasi kepada Rani bahwa dana rekening BNI Syariah dalam Aksi Bela Islam itu palsu.
“Dia bilang bahwa rekening BNI Syariah itu palsu, dana diselewengkan dan disalahgunakan. ‘Sayang kalau ibu sudah transfer dananya disalahgunakan’,” ujar Rani menirukan ucapan orang tersebut. Namun, Rani tidak percaya begitu saja.
“Apa iya disalahgunakan? Kan itu rekeningnya resmi ada di situs mereka. Saya percaya saja kok dan sudah ikhlas,” ujar Rani. Ia mengaku difoto selama pembicaraan. “Untuk bukti ke atasan kalau benar saya kerja, katanya” tutur Rani menirukan. Rani mengaku mereka tetap berlaku sopan.
Hingga kini, Rani mengaku bingung kenapa donasi Aksi Bela Islam tersebut sampai membuat mereka mendatangi rumahnya. “Itu jadi pertanyaan buat saya setelah mereka pulang,” terangnya.
Ia pun sempat terpikir apakah dirinya akan diawasi dan disadap, namun Rani yakin dirinya tidak bersalah. “Saya yakin saja bahwa saya tidak melakukan kesalahan dan ini bukan suatu kesalahan.”
Rani berharap, agar polisi bisa menangani kasus tuduhan pencucian uang kepada ulama dengan objektif dan profesional. Bukan karena pesanan dari pihak tertentu. “Saya kasihan juga dengan polisi karena harus ngurusi hal-hal seperti ini berkali-kali, seperti tidak ada kerjaan lain,” imbuh Rani.
Lebih dari itu, ia juga tidak rela melihat para ulama diperlakukan bak kriminal. Padahal, ulama sudah berjuang menyadarkan umat agar memahami isi Qur’an.
“Saya percaya bahwa para ulama ini tidak tertarik dengan urusan duniawi yang bersifat sementara. Godaan harta dan jabatan.” Rani percaya mereka amanah dalam menyalurkan dana dan tidak menyalahgunakan dana umat. “Mereka berjuang lillahi ta’ala demikian juga saya dan para donatur lain,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul saat dikonfirmasi belum bisa memastikan apakah benar itu polisi. “Kan belum pasti juga mereka polisi,” katanya kepada Warta Pilihan, Selasa (21/2).
Menurut dia, biasanya polisi memakai identitas dan surat tugas. “Kalau mereka tidak membawanya, jangan dilayani, karena mereka bukan polisi,” jelasnya.
Reporter: Pizaro