Beginilah Tuntunan Berdo’a Dalam Islam (Bolehkah Muslim Mengaminkan Doa orang Bukan Muslim?)

by

Oleh: Dr. H. Adian Husaini
(Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun BOGOR)

Belum lama ini, muncul berita menghebohkan di sidang MPR. Seorang wanita anggota DPR/MPR yang beragama Kristen mengaku kecewa karena gagal membaca doa bersama versi Kristen dalam Sidang Paripurna MPR.
(
https://nasional.kompas.com/…/ini-isi-doa-rahayu-saraswati-…).

Wartapilihan.com, Depok— Bagaimana sebenarnya seorang muslim menyikapi hal ini. Mohon dipahami, bahwa bagi seorang muslim, DOA adalah ibadah.
Begitu penting dan sentralnya posisi DOA dalam ajaran Islam, maka Rasulullah saw — Sang Utusan Tuhan Yang Maha Esa untuk semua umat manusia – menjelaskan bahwa doa adalah “otaknya ibadah” (mukkhul ibadah). Doa itu ibadah penting dalam Islam. Karena itu, Allah cinta pada orang yang berdoa kepada-Nya. “Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, pasti aku kabulkan doamu. Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk Neraka Jahannam, dalam keadaan hina.” (QS al-Mu’min (40):60). Berikut ini, rangkuman singkat, dari adab berdoa dalam Islam yang disarikan KH Luthfi Bashori, seorang ulama NU Jawa Timur, dari Kitab ‘Abwabul Faraj’, karangan Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani): (1) Carilah waktu yang mulia, seperti di hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat dan waktu Sahur di akhir malam, (2) Carilah kondisi yang mulia, turunnya hujan, ketika iqamat untuk shalat fardhu, ketika selesai menunaikan shalat fardhu, waktu di antara adzan dan iqamat, dan ketika sedang bersujud. Intinya, cari waktu dan keadaan yang baik, seperti di waktu hatinya sedang bersih, ikhlas dan hatinya tidak kotor. (3) Menghadap ke arah Qiblat dan tidak melihat ke atas langit (4) Jika sendiri, hendaknya ia berdoa perlahan-lahan dan tidak mengeraskan suaranya, (5) Hendaknya tidak berdoa secara bersajak, (6) Hendaknya menundukkan hatinya dengan khusyu’ penuh harap dan takut. “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS Al-A’raf: 55), (7) Yakinlah doanya akan dikabulkan dan hendaknya berdoa dengan sungguh-sungguh. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Berdoalah kalian kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa kalian akan dikabulkan oleh Allah. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa siapapun yang hatinya lalai dan tidak peduli.” (8) Hendaknya bersungguh-sungguh ketika berdoa dan mengulangi doanya sebanyak tiga kali dan hendaknya minta dipercepat pengabulannya, (9) Hendaknya mengawali doanya dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW serta mengakhiri doanya dengan shalawat kepada Rasulullah saw dan kalimat Alhamdulillah, (10) Hendaknya ia selalu bertaubat, mengembalikan hak-hak orang lain yang telah dizaliminya dan hendaknya ia bersungguh-sungguh berharap penuh agar dikabulkan doanya, karena harapan yang besar menyebabkan terkabulnya doa.

“Doa non-Muslim”

Umat Islam sangatlah mencintai negerinya. Itu bukan sekedar tuntunan konstitusi, tetapi itu panggilan jiwa, karena negeri ini adalah amanah untuk dimakmurkan. Karena itu, Muslim akan lahir batin berusaha dan berdoa agar negerinya menjadi negeri yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridho Ilahi. Sebagai ajaran yang suci, ibadah yang agung, agar doa diterima Allah, maka doa sepatutnya dilakukan sesuai adab berdoa, sebagaimana diajarkan oleh Sang Nabi utusan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Doa ada tata caranya; bukan hanya upacara bendera yang ada tata caranya. Jangan sampai dalam doa ada hal-hal berbau kemusyrikan. Jangan sampai doa tidak dilandasi keyakinan dan keikhlasan dalam ibadah.

Jangan sampai doa hanya dijadikan sebuah pertunjukan semata. Jangan sampai merasa lebih hebat dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga berani-berani membuat tata cara doa yang menyalahi tuntunan-Nya. Khawatir, bukan rahmat dan ampunan yang didapat, tetapi justru azab dan murka-Nya. Doa adalah ajaran Allah yang Maha Agung. Jangan sampai pemimpin muslim dan elite bangsa memberi teladan dalam berdoa yang keliru, yang menyalahi ajaran Nabi yang mulia.

Kerukunan antar-umat beragama harus tetap terjaga, tetapi tanpa mengorbankan iman dan ajaran agama masing-masing. Jangan mencampuradukkan ibadah. Para ulama yang berkumpul dalam forum Bahtsul Masa’il al-Diniyah al-Waqiiyyah saat Muktamar NU ke-30 di PP Lirboyo Kediri pernah membahas tentang masalah Doa Bersama antar Umat Beragama. Disebutkan, bahwa tidak boleh berdoa bersama antar berbagai agama, kecuali cara dan isinya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Mengutip Kitab Hasyiyatul Jamal juz II, hlm. 119, dikatakan: “Dan tidak boleh mengamini doa orang kafir karena doanya tidak diterima sesuai dengan firman Allah SWT: Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka. (al-Ra’du:14).” (Sumber: buku Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerbit: Lajtah Ta’lif wan-Nasyr, NU Jatim, cet.ke-3, 2007).

Bangsa Indonesia kini menghadapi masalah yang sangat berat dalam berbagai bidang: kerusakan dan kegersangan jiwa, belitan budaya malas dan suka jalan pintas, keserakahan terhadap dunia, kemunafikan, kerusakan lingkungan, semakin menipisnya sumber daya alam, kesenjangan sosial-ekonomi yang semakin parah, dan sebagainya. Maka, kini diperlukan usaha yang komprehensif untuk mengatasi masalah bangsa; bukan hanya usaha parsial berdasarkan akal dan pencapaian inderawi semata. Kaum Muslim telah diberi “senjata” oleh Allah dalam mengatasi masalah mereka, yaitu DOA. Kata Nabi saw, doa adalah senjata orang mukmin (shilaahul mu’min).

Karena itu, sebagai rakyat, kita berharap dan menyampaikan sedikit taushiyah, bahwa bagi kaum Muslim — mungkin berbeda dengan agama lain — doa sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Doa adalah ibadah. Jangan dibuat main-main.
Dalam keyakinan seorang muslim, Allah murka, terhadap kemusyrikan. Allah murka karena dituduh punya anak. Sampai-sampai, langit hampir pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena tuduhan bahwa Allah punya anak. (QS 19:88-91).
Jadi, dalam hal doa, jangan samakan orang Islam dengan pemeluk agama lain. Karena tuntunan berdoa didasarkan pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa, bukan hasil bikinan manusia.
Allahumma arinal-haqqa haqqan war-zuqnat-tibaa-’an, wa-arinal baathila baathilan, warzuqnaj-tinaaban.” Wallahu a’lam bish-shawab. (***)

NB: Tentang bagaimana seharusnya kerukunan
Umat Beragama dibangun, silakan dibaca buku saya berikut ini. Buku ini memuat makalah tentang konsep kerukunan umat beragama yang pernah saya presentasikan di Dewan Pertimbangan Presiden, zaman Presiden SBY. HUB DIFA BOOKS 0813-81112253

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *