Sosiolog UI: Kemiskinan Akibat Obligasi Sosial yang Membudaya

by

Wartapilihan.com, Depok – Sosiolog Universitas Indonesia, Dr. Ida Ruwaida menjelaskan, kemiskinan yang terjadi di desa sering disebabkan oleh berbagai faktor, namun menurutnya faktor terpenting ialah karena obligasi sosial yang merupakan salah satu dimensi kultural.

“Obligasi sosial menjadi salah satu penyebab. Hal itu yang merupakan dimensi kultural,” ujar Ida di Gedung Auditorium Juwono Sudarsono (AJS), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, hari ini (21/4).

Menurut Ida, obligasi sosial merupakan hutang yang terjadi secara berantai karena sifat kultural dari masyarakat yang masih sangat melekat, misalnya pemotongan hewan untuk acara tertentu (bukan pemotongan hewan Qurban).

“Setiap acara menggunakan hewan, menjadi seperti arisan. Hal itu dapat menyebabkan hutang berantai. Itu juga terjadi di Timor. Di tahun 2009, pimpinan daerah di Pulau Sumba mengeluarkan aturan melarang itu,” lanjutnya.

Lebih ekstrim lagi, hal yang kultural seringkali membuat kerugian dari segi kesehatan, bukan hanya pada aspek ekonomi. Misalnya, praktik pengasapan pada bayi di Sumba yang dapat berimplikasi pada penyakit ISPA. Namun kebijakan pemerintah yang melarang hal tersebut dinilai cukup ampuh untuk membendung hal-hal yang merugikan bagi masyarakat.

“Dalam hal ini, ada beberapa praktek yg bisa diintervensi, (misalnya) tidak boleh ada praktek pengasapan terhadap bayi. Ditaro di rumah bundar selama 1 bulan, implikasinya ISPA. Bisa diatur melalui perda,” ujarnya.

Ida menjelaskan kasus lain, seperti di Lombok yang tidak boleh nikah di mushola. Karena nikah di mushola dinilai hanya sah secara agama, namun belum tercatat secara negara. Maka pemerintah daerah menerapkan kebijakan, jika tidak menikah ke KUA diberikan denda sebesar Rp 600 ribu.

“Usaha untuk mengubah tidak mudah,” tutur mantan Kepala LabSosio UI ini.

Fransicia SSE Seda sebagai pembahas menuturkan perlunya proses transformasi dari masyarakat itu sendiri. Ia pun lebih menekankan pada proses suatu masyarakat, bukan hasilnya.

“Kita menekankan tidak hanya pada tataran struktural, tapi juga menimbang bagaimana transformasi kultural.”

“Maka itu, kita tidak bisa sendiri. Perlu kerjasama multidisiplin dengan antropolog,” tukas Francisia.

Acara bertajuk Rumah Tangga Miskin di Tengah Pusaran Program Penanggulangan Kemiskinan ini diselenggarakan oleh LabSosio sebagai bagian dari Program Keluarga Harapan yang dimoderatori oleh Dr. Mia Siscawati. Acara ini diselenggarakan sejak pukul 14 hingga 16 sore ini. |
Reporter: Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *