Anies-Sandi dan Pemilih Jakarta

by

Wartapilihan.com, Jakarta – Kemenangan Anies-Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Rabu(19/4) lalu, menyisakan sebuah pertanyaan mendasar: Benarkah Anies-Sandi menang karena sentimen keagamaan? Media-media Barat punya frame seperti itu ketika mengulas kemenangan Anies-Sandi. Frame media Barat itu acap diikuti oleh media nasional tanpa mau bersusah payah menampilkan realitanya.

Bahkan, Ade Armando, seorang dosen Komunikasi di FISIP UI, begitu hitung cepat menujukkan Anies-Sandi unggul, dalam status Facebook-nya menulis: “Orang pinter milih Ahok. Orang bodoh milih Anies. Jadi kalau sekarang Ahok kalah artinya jumlah orang bodoh jauh lebih banyak daripada orang pinter. Simpel kan?”

Bukan hanya Ade yang meradang dan kehilangan akal-warasnya, Goenawan Mohamad juga kebakaran jenggotnya yang mulai memutih itu; ia menulis, bahwa Ahok adalah korban fitnah (“Stigma”, KataKita; wartapilihan.com). Ade Armando dan Goenawan Mohamad adalah kaum sekuler-liberal yang selama ini gagal menangkap pesan-pesan moral Islam.

Tentu saja tidak semua sekuler-liberal berpihak pada Ahok, sebagian dari mereka masih melihat bahwa Anies adalah bagian dari “mereka”. Sebelum diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Oktober 2014) Anies adalah Rektor Universitas Paramadina, sebuah lambang sekuler-liberal di Indonesia. Faktor Anies membuat kaum sekuler-liberal terbelah. Di putaran pertama Pilkada DKI Jakarta(15/2), suara kaum sekuler-liberal pecah tiga: ada yang ke Agus-Silvy, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi.

Mari kita bedah struktur masyarakat Jakarta berdasarkan agama. Menurut data Jakarta.go.id, pada tahun 2014, jumlah penduduk Jakarta sebanyak 10 juta jiwa. Dari jumlah itu, sebesar 8,34 juta jiwa atau 83% dari populasi beragama Islam. Lalu diikuti Kristen 862,9 ribu jiwa, Katholik 404,2 ribu jiwa, Budha 384,6 ribu jiwa, Hindu 19,5 ribu jiwa, serta Khonghucu 875 jiwa.

Jika umat Islam konsisten memilih berdasarkan agamanya, tentunya Anies-Sandi mencapai 83%. Faktanya, Anies-Sandi menang di angka 57%, yang 26% boleh jadi lari ke Ahok. Survei yang dilakukan oleh Polmark memperkuat fakta tersebut. Menurut Direktur Lembaga Survei Polmark Indonesia, Eko Bambang Subiantoro, warga Jakarta yang memilih berdasarkan agamanya hanya 21%. “Anies-Sandi dipilih masyarakat Jakarta bukan karena agamanya, tapi karena programnya yang mampu membuat Jakarta menjadi lebih baik lagi,” jelas Eko.

Tertarik pada program adalah kata kuncinya. Bahwa komunitas agama Islam dan Kristen/Katholik yang memilih pasangan Anies-Sandi, itu sah-sah saja. Begitu pula jika keturunan Cina yang beragama selain Islam memilih Ahok-Djarot, boleh-boleh saja dan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Pemaparan visi dan misi, program, dan debat yang dilakukan secara terbuka dan bisa diakses oleh warga Jakarta menjadi modal untuk dipilih. Anies-Sandi telah membuktikan itu.

Dengan fakta-fakta yang ada, jika warga Jakarta menjatuhkan pilihannya kepada Anies-Sandi, itu karena mereka adalah orang-orang pintar dan waras. Bukan sebaliknya. Itu sebabnya, jurus mabuk Ade Armando terbantahkan dengan sendirinya. Di Jakarta, orang pinternya lebih banyak dari yang bodoh …Wallahu A’lam.

Penulis: Herry M. Joesoef

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *