Disharmonisasi lahir karena ketegangan antara ulama dan umara.
Wartapilihan.com, Jakarta –Menyoroti pidato Ketua Fraksi Nasdem DPR-RI Victor B Laiskodat di Kupang NTT 1 Agustus 2017 lalu, tidak menutup kemungkinan pernyataan tersebut akan menimbulkan turbulensi sosial dan politik setelah kasus Ahok.
Mantan Narapidana Terorisme Polri Sofyan Tsauri menuturkan, ketegangan antara ulama dan umara (Pemerintah) tidak boleh terjadi lagi. Sebab, hal tersebut dapat berujung kepada disintegrasi bangsa.
“Saya rasa harus ada ideologi kebangsaan, karena reformasi kita telah hilang. Ketegangan antara ulama dan umara akan menjadi trigger (pemantik) kelompok-kelompok tertentu melakukan revolusi,” kata Sofyan dalam sebuah diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (10/8).
Menurutnya, disharmonisasi antara umara dan ulama dapat membuat umat Islam teradikalisasi dan menyatakan ada kriminalisasi. Sehingga apabila sudah teridentifikasi menjadi sebuah pemikiran, maka selangkah lagi dia menjadi seorang teroris.
“Hal itu yang menyebabkan gerakan jihad masuk. Bisa dibayangkan fenomena radikal tumbuh di situasi yang tidak jelas seperti Yaman, Libya, Suriah, Pantai Utara Afrika tetapi kenapa tidak subur di Malaysia, Singapura yang relatif makmur, karena memang dia tidak punya celah untuk memanfaatkan situasi seperti itu,” ungkap Sofyan.
Lebih jauh, ia menilai, aksi umat Islam atas sikap Ahok melakukan blasphemy (penodaan agama) sudah dimanfaatkan oleh kelompok yang menginginkan situasi meledak, untuk kemudian memanfaatkan situasi tersebut seperti yang terjadi di Suriah.
“Bulan Desember kemarin Densus 88 menangkapi anak-anak ISIS yang ikut demo anti Ahok. Coba lihat dan renungkan kembali, ada Abu Al Usaibah ada lagi tokoh ISIS seperti Syamsudin Uba yang di Pekayon itu ikut demo,” tandasnya.
Ahmad Zuhdi