Sang Pembangun Jenius

by
Foto : houseklik.com

Wartapilihan.com – Ayah Hasan al Bana hanyalah seorang tukang arloji. Tapi ilmu pemahaman Islam ayahnya luar biasa. Ayahnya, Syekh Ahmad al Bana, menguasai Ilmu Hadits, Al Qur`an dan ilmu-ilmu Islam lainnya. Ayahnya seorang yang shalih dan mendidik al Bana dengan `telaten` hari per hari.

Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal Al-Qur’an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat.

Bacalah perjalanan hidupnya yang ditulis biografiku.com :

Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian (al Bana) belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.

Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i’dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa, kisahnya begini:

Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu.

Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur’an, “Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.” (QS. S. Al-An’aam: 52).

Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa’id, imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap “rombongan anak-anak kecil” tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla!

Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul ‘Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma’iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan.

Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam.

Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali.

Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya “Al-Ikhwanul Muslimun,” bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau

Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia.

Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah.

Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin.”

000

Ceramah dan kegesitan al Bana dan kawan-kawannya dalam menyebarkan dakwah, menjadikan dakwah Ikhwan dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Kairo. Saat itu Ikhwan telah membuka cabang lebih dari 50 di kota besar dan kecil serta pedesaan di Mesir. Al Bana sendiri tiap hari tidak kenal lelah menggiatkan dan memonitor kegiatan Ikhwan. Tokoh Ikhwan Abdul Halim Mahmud menceritakan:

“Anda akan melihat ia senantiasa mengunjungi kantor pusat gerakan yang dipimpinnya dini hari untuk meninggalkan beberapa catatan yang berhubungan dengan pelaksanaan berbagai kegiatan sebelum pergi ke tempat kerjanya. Kemudian sebelum pulang ke rumahnya setelah kerja, ia mengunjungi kantor pusat. Kemudian di malam hari, ia kembali lagi memberikan ceramah dan pelajaran kepada para pengunjung dan anggota jamaah.”

Memang begitulah kehebatan al Bana. Sehingga ulama besar Sayid Qutb menjuluki Hasan al Bana dengan sang pembangun yang jenius. Sesuai dengan arti namanya.

Walhasil, saat itu Ikhwanul Muslimin sangat mewarnai kehidupan di Mesir. Ribuan ulama dan pemudanya bekerja siang malam untuk dakwah Islam dan perbaikan kehidupan rakyat di negara yang kaya peninggalan sejarah itu.

Tapi begitulah, melihat sang Imam al Bana terus dikagumi rakyatnya, penguasa Mesir saat itu tidak suka. Diam-diam `penyakit dengki kekuasaan` menghinggapi Raja Mesir Faruk I dan punggawanya. Mereka tidak rela rakyat Mesir lebih merindukan al Bana, daripada keluarga kerajaan. Akhirnya `ia memerintahkan` anak buah tentaranya untuk menghabisi sang Imam.

Maka 12 Februari 1949, sang Imam bersama sahabatnya Dr Abdul Karim Mansur, diberondong peluru di dalam mobilnya oleh polisi/tentara kerajaan. Berdasarkan riwayat, sang Imam setelah ditembak, saat itu belum meninggal di mobil. Ia wafat ketika berada di Rumah Sakit al Qashr al Aini. Pemakamannya pun monumental, kerajaan hanya memperbolehkan keluarga al Bana saja yang mengiringi ke makam.

Namun bagaimanapun ditutupi kejahatan, akhirnya terkuak juga. Tidak ada kejahatan yang sempurna di dunia ini.

Umur sang Imam yang pendek, hanya 43 tahun, menjadikannya tidak bisa menuliskan secara rinci garis perjuangan Ikhwanul Muslimin. Tapi meski demikian, ceramah-ceramah dan pemikirannya di berbagai tempat menjadi referensi bagi kalangan dai, ulama dan pemuda Islam di seluruh dunia.

Al Bana memang berhasil menuangkan pemikiran-pemikiran Ikhwan secara mudah, misalnya ketika ia merumuskan tentang rukun baiat Ikhwanul Muslimin. Ia meringkasnya menjadi 10 yaitu : faham ikhlas, amal, jihad, pengorbanan, kepatuhan, keteguhan, kemurnian, ukhuwah dan percaya diri. Kemudian ia menyatakan,”Wahai saudaraku yang sejati. Itu merupakan garis besar dakwah anda. Anda dapat menyimpulkan prinsip-prinsip itu menjadi lima kalimat : Al Quran Dustur/Undang-Undang Dasar Kami, Jihad Jalan Kami dan Mati Syahid, Cita-Cita Kami yang Tertinggi.”

Lambang Ikhwanul Muslimin adalah dua belah pedang menyilang melingkari Al Quran, ayat al Quran (waa`iddu) dan tiga kata : haq (kebenaran), quwwah (kekuatan) dan hurriyah (kemerdekaan).

000

Kenapa Hasan al Bana kita jadikan teladan besar? Ya, karena ia telah meninggal dunia. Seluruh perjalanan hidupnya bisa diteropong secara obyektif. Mujahid dan mujtahid besar telah memberikan seluruh hidupnya, jiwa dan raganya, untuk kemuliaan Al Quran. Pemikiran dan langkah-langkah hidupnya menjadi teladan jutaan kaum Muslim kemudian. Maka, meskipun militer kerajaan Mesir menghabisi tubuhnya, `ruhnya` tetap hidup menjadi teladan kaum Muslim di seluruh dunia.

Tulisan-tulisannya menjadi kajian dan inspirasi generasi Muslim hingga kini, dari Kairo, Jakarta sampai London. Maka meski Presiden Mesir as Sisi dan konco-konconya menyatakan Ikhwanul Muslimin adalah organisasi teroris, sang Imam pendiri Ikhwan tetap ada di hati jutaan kaum Muslim di seluruh dunia. Meski ilmuwan-ilmuwan Barat banyak yang menyatakan al Bana radikal dan militan, kaum terpelajar Islam tetap mengidolakannya.

“Demikianlah Allah membuat perumpamaan yang benar dan yang batil. Adapun buih, maka akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya. Tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan.” (QS ar Ra`d 17)

“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka mati. Tetapi mereka hidup, namun kamu tidak menyadarinya.” (QS al Baqarah 154).

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk kehidupan akhirat, berperang di jalan Allah. Dan barangsiapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan, maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya.” (QS an Nisaa` 74).

“Orang-orang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut (selain Allah), maka perangilah wali-wali syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah.” (QS an Nisaa` 76). Wallaahu aziizun hakiim. |

Penulis : Nuim Hidayat Dachli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *