Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi melakukan aksi berani dalam membela Palestia di PBB. Pada 24 Januari 2024, dalam acara Debat Terbuka di Dewan Keamanan PBB, Menlu Retno melakukan aksi walkout. Detik.com (25/1/2024) menulis judul berita: “Aksi Walk Out Menlu Retno di DK PBB saat Dubes Israel Pidato.”
Sejumlah pejabat di Indonesia mendukung langkah berani Menlu Retno. Wakil Presiden RI Prof. KH Ma’ruf Amin menyatakan, bahwa langkah Menlu RI tersebut menunjukkan komitmen Indonesia untuk terus mendukung Palestina. Tindakan Menlu Retno itu,juga mencerminkan sikap tegas pemerintah Indonesia yang menentang penjajahan Israel di Palestina.
Dalam hal ini, menurut wapres, Israel selalu beranggapan bahwa perjuangan rakyat Palestina mempertahankan haknya merupakan tindakan terorisme—yang dijadikan alasan oleh Israel untuk terus melanjutkan serangannya terhadap bangsa Palestina.
Padahal, menurut Wapres Ma’ruf, apa yang dilakukan Hamas selama ini merupakan wujud dari bentuk perlawanan penjajahan di tanah mereka. Oleh karena itu, Indonesia akan tetap ada di barisan pendukung Palestina. (replublika.co.id).
Ditulis detik.com, bahwa Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi walk out di tengah debat terbuka, saat Duta Besar Israel untuk AS dan PBB Gilad Erdan menyampaikan pidato.
Dalam debat terbuka tersebut, Retno mendesak Dewan Keamanan PBB agar bertindak untuk menghentikan kekerasan di Gaza dan di Tepi Barat, Palestina.
Menteri Retno mengatakan Open Debate DK PBB ini merupakan yang ke-3 dalam 3 bulan terakhir, dan Indonesia terus hadir sidang debat PBB ini untuk menunjukkan komitmen dalam mendukung perjuangan Palestina.
“Di dalam pernyataan di Dewan Keamanan PBB tadi, saya ingatkan bahwa Dewan Keamanan BBB memiliki mandat untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan bukan untuk mentoleransi perang apalagi genosida,” ujar Retno Marsudi dalam YouTube MoFA Indonesia, Rabu (24/1/2024).
Retno mengingatkan Piagam PBB yang mengatur tentang resolusi DK PBB yang patut dilaksanakan dan mengikat, namun dia mempertanyakan berapa banyak resolusi DK PBB tentang Palestina yang telah dilaksanakan. Retno mempertanyakan ke mana Palestina akan mengadu jika DK PBB yang memiliki mandat menjaga perdamaian internasional justru gagal menjalankan resolusinya.
“Sebagai catatan teman-teman pertanyaan tersebut memang sengaja saya sampaikan ke Dewan Keamanan karena saya melihat banyak resolusi yang dilanggar terkait Palestina namun tidak pernah ada sanksi kepada para pelanggar,” sambungnya.
Retno juga menegaskan Indonesia mendesak agar DK PBB segera menghentikan Israel yang melakukan kekerasan di Palestina. “Sementara Israel membunuh rakyat Palestina tanpa dihukum. Sekali lagi saya mendesak anggota Dewan Keamanan untuk segera menghentikan ketakutan yang setiap hari dihadapi oleh warga Palestina di Gaza dan juga di Tepi Barat,” kata Menlu Retno.
*****
Tindakan dan kritik tajam Menlu Retno terhadap DK PBB dalam kasus Palestina sudah ia lakukan berulang kali. Ini bukan hal biasa. Menteri bertubuh mungil ini terbukti memiliki nyali yang tidak kecil. Pidatonya tajam. Di panggung PBB ia tidak ragu-ragu memulai pidatonya dengan membaca bismillahirrahmanirrahim.
Apa yang disampaikan Menlu Retno tentang kemandulan DK-PBB dalam memberi sanksi kepada Israel memang benar adanya. Sejak tahun 1967, DK-PBB sudah mengeluarkan Resolusi 242 dan 338 yang tidak mengesahkan pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Jalur Gaza. Begitu juga dengan Kota Jerusalem.
Tetapi Israel terus membiarkan jutaan pemukim Yahudi Ilegal merampas tanah warga Palestina dengan alasan Tanah itu hak mereka, karena sudah dijanjikan oleh Tuhan. Israel berulang kali melobi Indonesia agar membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Tetapi, pemerintah Indonesia selalu menolak, meskipun berbagai “hadiah khusus” sudah ditawarkan.
Pada 23 November 2016, Koran The Jerusalem Post, memuat satu tulisan berjudul: “Comment: Indonesia, Israel should formalize diplomatic ties.” Diakui, bahwa hubungan diplomatik Israel dengan negara muslim terbesar di dunia ini akan menguntungkan Israel dalam usahanya untuk menormalisasikan hubungan dengan negara-negara lain di dunia Islam.
Katanya: “Diplomatic recognition from and cordial ties with the world’s largest Muslim majority country would benefit Israel’s efforts to normalize relations with other countries in the Muslim word.”
Dalam perspektif seperti ini, tentulah sosok menteri seperti Ibu Rento Marsudi akan dipandang sebagai penghalang ambisi Negara Yahudi tersebut. Kita doakan semoga Bu Menlu RI diberikan perlindungan oleh Allah SWT dalam memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Amin.