Hari Belajar di Luar Kelas ialah hari untuk merayakan serta menginspirasi bermain dan pembelajaran di luar kelas dengan memprioritaskan waktu bermain. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) baru-baru ini mendukungnya. Bagaimana kelebihan dan kekurangannya?
Wartapilihan.com, Jakarta –Kegiatan hari belajar di luar kelas ini dikoordinir oleh LSM Kerlip bekerja sama dengan Kemendikbud, Kemenag dan KPPA. Sejauh ini, relah terdaftar 2.168 sekolah/Madrasah/PAUD/SLB dari 18 Provinsi, dengan melibatkan siswa sebanyak 341.772 siswa.
Sitti Hikmawatty selaku Komisioner KPAI Periode 2017 – 2022 menjelaskan, pembelajaran di luar kelas dapat meningkatkan kesehatan anak, juga melibatkan mereka dalam pembelajaran serta mendorong keterikatan anak dengan alam. “Bermain bukan hanya mengajarkan keterampilan penting dalam kehidupan, seperti daya tahan, kerja sama, dan kreativitas, tetapi juga merupakan hal yang pokok bagi anak untuk menikmati masa kecil mereka,” papar Sitty, dalam keterangan tertulisnya.
Sitty mengatakan, kegiatan ini dapat diisi dengan aktivitas sarapan makanan sehat bersama, gerakan peduli lingkungan, bermain permainan tradisional bersama, dan mengutamakan permainan kolektif. Selain bermanfaat untuk kesehatan dan kreativitas anak, ia menekankan kegiatan ini dapat jadi upaya menurunkan tingkat stres pada anak.
“Dengan maraknya permasalahan kekerasan yang terjadi pada siswa di sekolah, maka salah satu upaya menurunkan tingkat stresor pada anak/siswa adalah dengan mengefektifkan kembali keceriaan mereka melalui kegiatan yang diluar rutinitas,” tandas dia.
Sementara itu, Idham Khalid selaku Ketua Bidang Organisasi dan Pengkaderan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menuturkan, sistem sekolah di luar ini juga punya kelemahan. Menurut dia, peserta didik bisa menjadi kurang fokus. Hal ini disebabkan oleh banyaknya objek liar yang bisa menarik perhatian mereka secara berlebih dibandingkan dengan objek di dalam kelas yang terbatas.
“Pengelolaan siswa yang menjadi lebih sulit. Hal ini bisa terjadi karena fokus siswa yang menjadi terpecah. Berada di luar tentu membuat mereka bisa secara lebih bebas mengeksplore lingkungan luar sehingga perhatian pada guru akan terpecah,” papar Idham kepada Warta Pilihan, Rabu malam, (13/9/2017).
Selain itu, menurut dia, waktu lebih banyak tersita. Jika didalam kelas, waktu pembelajaran bisa lebih terstruktur. Sementara di luar kelas, waktunya bisa bertambah menjadi lebih lama. Selain itu, fokus anak yang terpecah karena peluangnya besar untuk bertemu kelompok lain saat di luar ruangan. “Hal ini membuat siswa terpecah kosentrasinya sehingga materi ajar yang disampaikan oleh guru tidak sepenuhnya diserap oleh peserta didik,” imbuh Idham.
Idham berharap, guru sebagai peran sentral dapat melakukan pembelajaran di ruangan sesekali saja, juga melakukan pengajaran yang lebih intensif. “Saat peserta didik timbul keinginan terhadap objek lain, maka guru harus memberikan bimbingan yang lebih supaya siswa bisa kembali fokus ke pembelajaran,” pungkasnya.
“Dengan banyaknya manfaat belajar di luar ruangan, ada baiknya jika para guru sesekali melakukan pembelajaran di luar ruangan. Hal ini berguna untuk menambah wawasan siswa sekaligus menghindarkan,” tandas dia.
Eveline Ramadhini