Mengawasi secara cermat setiap fase perkembangan anak ialah hal yang penting. Pasalnya, dalam aspek kognitif, motorik, bahasa, emosi dan sosial dapat dilihat sejauh mana perkembangan anak. Hal itu seyogyanya dilakukan untuk mencegah gangguan perkembangan pada anak, baik secara internal maupun eksternal.
Wartapilihan.com, Depok –Psikolog di Biro psikologi EDufa Counseling, Erni C Siregar mengatakan, orang tua pada dasarnya mesti sadar mengenai empat aspek kemampuan anak, yaitu (1) Kemampuan fungsional, (2) Motorik kasar, (3) Motorik halus, (4) Bahasa, dan (5) Sosial emosi.
”Lihat anak kita dan lihat juga lingkungan sekitar kita. jika menemui anak yang ‘cenderung bermasalah’ maka segera arahkan untuk deteksi dan intervensi sedini mungkin,” ujar Erni, dalam diskusi Grup WhatsApp Forum Komunikasi Orangtua Anak Spesial Indonesia, Rabu, (13/9/2017), Depok.
Penanggung jawab pada pusat layanan autisme EDUfa Autism Therapy Centre ini menjelaskan, ada instrumen untuk mengidentifikasi gangguan pada anak, yang disebut Denver II. Denver II merupakan alat tes yang dapat digunakan oleh ibu-ibu Posyandu agar menjangkau para orangtua dengan lebih luas. Alat ini hanya dapat digunakan pada anak di bawah usia 6 tahun.
“Cara pengerjaannya sederhana dan tidak sulit jika pernah dapat pelatihan. Memang denver II hanya untuk anak di bawah 6 tahun, namun sebagai skrining awal cukup,”
“Sympton atau gejalanya terlihat jelas minimal dari gerakan fisiknya yang berlebihan atau ketidakmampuan anak mengerjakan tugas yang membutuhkan konsentrasi dan perhatian,” ungkap Erni.
Magister Bimbingan dan Konseling lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2013 ini mengatakan, untuk diagnosa lanjutan, anak dapat dibawa ke klinik ataupun biro psikologi untuk melihat apakah gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) menyokong penyakit ADHD itu sendiri.
”Untuk mendiagnosa, anak bisa dibawa ke klinik tumbuh kembang atau ke biro psikologi yang ada psikolog untuk anak.
Tidak bisa diam dan selalu bergerak aktif memang dua dari gejala ADHD, tapi perlu dilihat kembali apakah diiringi dengan gejala lain,” tukas Erni.
Perempuan kelahiran Medan ini mengatakan, pendapat para ahli dari jurnal Autisme tidak bisa didagnosa melalui hasil Laboratorium, melainkan hanya melalui observasi perilaku. “Ada ahli yang mengatakan, setelah anak berusia di atas 13 tahun, maka orang tua harus fokus pada pengembangan tiga hal, (1) Kemampuan membantu diri, (2) Kemampuan untuk berinteraksi sosial dan (3) Kemampuan vokasional,” tandasnya.
Untuk diketahui, Forum Komunikasi Orangtua Anak Spesial Indonesia (Forkasi) merupakan wadah bagi para orangtua, yang di dalamnya berpartisipasi para praktisi serta pemerhati Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Wadah ini diadakan sebagai pusat informasi yang berhubungan dengan ABK.
Rencana selanjutnya, Forkasi berupaya mendata tempat-tempat terapi, juga sekolah-sekolah inklusi yg bisa didatangi oleh ortu sebagai bahan referensi. Hingga saat ini, Forum ini telah diisi oleh 87 anggota yang terdiri dari ayah-bunda yang berasal dari berbagai penjuru di Indonesia, juga para pakar dan pemerhati ABK.
Eveline Ramadhini