World Class University, selalu jadi target dan kebanggaan bagi perguruan tinggi di Indonesia. Baru-baru ini, Google dan Ernst & Young merekrut pekerja yang tidak berijazah bahkan bukan dari perguruan tinggi. Ada apa?
Wartapilihan.com, Jakarta –Seorang pakar ekonomi, Yusuf Wibisono mengatakan, fenomena ini merupakan bagian dari kompetensi universitas yang yang tidak sesuai dengan perkembangan industri yang cepat. Ia mengatakan, pihak perguruan tinggi cenderung lamban mengakomodasi kebutuhan industri, juga mempersiapkan kompetensi yang dibutuhkan di masa depan.
“Ini adalah fenomena semakin jauh tertinggalnya kompetensi universitas dari kebutuhan dan perkembangan industri yang sangat cepat. Universitas seringkali terlalu lamban mengakomodasi kebutuhan industri dan masyarakat, apalagi mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan di masa depan,” analisa Yusuf kepada Warta Pilihan, Jum’at, (1/9/2017).
Salah satu penyebabnya ialah karena pihak perguruan tinggi terlalu menargetkan pada fokus pada akreditasi atau status ‘World Class University’, dan tidak peka pada perkembangan di luar yang padahal semakin hari semakin pesat.
“Ilmu pengetahuan seharusnya berorientasi kepada kebutuhan pengembangan ilmu, kebutuhan masyarakat dan kebutuhan industri,” jelas Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini.
Ia memisalkan, mengenai kebutuhan terhadap ekonomi syariah yang padahal sudah terlihat dari dua hingga tiga dekade yang lalu. Baru sekarang ini saja, perguruan tinggi negeri mulai mengembangkan kompetensi ekonomi syariah. Termasuk UI yang baru mengesahkan program studi Ekonomi Syariah pada tahun 2013 lalu.
“Misal, kebutuhan terhadap ekonomi syariah sudah terlihat sejak 2-3 dekade yang lalu, baru sekarang ini kampus-kampus besar mulai kembangkan kompetensi ekonomi syariah. Sharing economy, fintech adalah contoh kebutuhan-kebutuhan industri terkini yang sangat lambat diakomodasi universitas,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini