Para psikolog menganjurkan orangtua memberikan pendidikan seks disesuaikan dengan tahapan usia anak. Tujuannya, agar anak terhindar dari seks bebas.
Wartapilihan.com, Jakarta –Pendidikan seks untuk anak perlu diperhatikan. Pasalnya, selain agar anak memahami apa yang dilarang dan diperbolehkan, juga untuk melatih keterbukaan ke antara anak dan orang tua. Dilansir dari, theAsianParent.com, pada usia tertentu, anak mesti diberikan bahasanya masing-masing untuk memahami pelan-pelan tentang seks.
Pada usia 2 hingga 3 tahun, orang tua perlu memulai menamai kelamin dengan nama yang sebenarnya, seperti “penis” dan “vagina.” Pasalnya, Menggunakan kata lain dan julukan untuk alat kelamin anak akan membingungkan mereka.
Di usia 3 sampai 4 tahun, misal anak mulai bertanya darimana bayi berasal. Tapi anak tidak paham tentang detail dari alat reproduksi, hingga perlu jawaban yang sederhana sesuai usia mereka, misalnya, “Ibu memiliki rahim di dalam perut Ibu, dan di dalam rahim mami itulah, kamu hidup dan membesar hingga akhirnya siap untuk dilahirkan ke dunia.”
Kemudian, pada usia 5 sampai 6 tahun. Pengetahuan secara global bagaimana bayi dibuat dengan cara mengatakan, “Ibu dan Ayah yang membuat kalian.” Atau dengan penjelasan yang lebih detail, “Bagian sel Ayah yang terkecil, sperma, bertemu dengan bagian sel Ibu yang terkecil, sel telur. Mulai dari pertemuan itulah terbentuk kamu di dalam rahim Ibu.”
Sedangkan di umur 6 sampai 7 tahun, anak mulai diberikan pengertian mengenai pengertian dasar dalam hubungan seks. Orangtua dapat mengatakan, “Alam atau Tuhan menciptakan tubuh lelaki dan perempuan yang saling melengkapi seperti permainan puzzle. Ketika penis dan vagina bertemu, sperma seperti kecebong, akan berenang melalui penis menuju ke sel telur.” Jelaskan juga pada anak apa yang orangtua pikirkan mengenai seks dan hubungan. Sebagai contoh; “Seks adalah salah satu cara orang dewasa untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka satu sama lainnya.”
Usia 8 sampai 9 tahun, anak perlu dijelaskan tentang pentingnya seks dan kemungkinan besar anak-anak sudah mengetahuinya melalui media dan teman-temannya. Pada usia ini anak bisa menerima penjelasan dasar dalam segala topik termasuk pemerkosaan. Orangtua dapat menjelaskan mengenai pemerkosaan seperti; “Pemerkosaan adalah saat seseorang memaksa orang lainnya untuk melakukan hubungan seks dan itu adalah salah.”
Lalu, pada usia 9 sampai 11 tahun, terjadi aebuah perubahan karena anak mulai memasuki masa puber. Dan pada masa ini mereka telah siap untuk membicarakan seks dan topik yang terkait seks lainnya yang telah anak lihat pada saat mereka menonton atau mendengar berita di radio, televisi, atau media sosial lainnya.
Dan, pada umur 12 ke atas, anak akan mulai merumuskan nilai dan pengertian mereka sendiri, jadi lebih sering menanyakan dan membicarakannya agar mereka tetap mendapatkan konteks yang benar dan tepat dari sumber informasi yang benar. Tapi perlu untuk tidak melebih-lebihkan dalam penjelasan dan meluapkan kekuatiran sebagai orangtua. Karena bisa berdampak, anak tidak lagi terbuka pada orang tua.
Pendidikan tersebut penting. Namun, pendidikan dari segi agama tak kalah penting untuk anak. Anak perlu diajarkan larangan-larangan di dalam Al-Quran atau kitab, sehingga anak mengerti untuk menaati norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Eveline Ramadhini