Pemimpin

by

Wartapilihan.com – Al Quran menyebut pemimpin masyarakat atau umat adalah para Nabi. Mereka lah yang membimbing umat menjalani hidup ini agar selamat dunia akhirat. Imam Ghazali mengibaratkan para Nabi adalah dokter yang memberi resep hidup kepada manusia agar berjalan ke jalan yang benar dan tersesat dalam kesengsaraan dunia akhirat.

Para Nabi ini dibekali kitab (ilmu/wahyu) dan hikmah dalam membimbing manusia. Mereka mengarahkan manusia agar menjalani hidup di dunia yang sementara ini dengan berpegangan pada kitab Suci yang diturunkan Pencipta Alam Semesta ini. Para Nabi atau Rasul yang merupakan utusan Allah ini mempunyai tugas membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa masyarakat dan mengajari mereka al Kitab (Al Quran untuk umat Nabi Muhammad saw) dan al Hikmah.

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS al Jumuah 2)

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah  serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al Baqarah 129)

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS al Baqarah 151)

Tugas pertama para Nabi dan Rasul adalah menyeru kepada manusia agar beribadah kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.  Al Quran menyatakan :

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS an Nahl 36)

“Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).” (QS al Mu’minun 32)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS al Bayyinah 5)

Para Nabi juga diberi tugas oleh Allah untuk memberi kabar gembira dan peringatan kepada manusia. Al Quran menyatakan :

“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS al Baqarah 119)

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba’ 28)

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (QS al Ahzab 45)

Para Nabi atau para pemimpin meski berhasil mengumpulkan banyak pengikut, tentu juga mempunyai musuh. Siapa musuh mereka? Yaitu Iblis, syetan, jin dan manusia yang menjadi pengikut syetan (orang-orang yang suka berbuat dosa).

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS al An’am 112)

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (QS al Furqan 31)

“Dan tiada seorang Nabipun datang kepada mereka (kaum yang suka berbuat dosa) melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (QS az Zukhruf 7)

Tapi bagaimanapun musuh-musuh Nabi membuat rekayasa atau tipudaya, Allah SWT akan mengalahkan rekayasa mereka.

“Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.” (QS Shad 3)

“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.” (QS Ibrahim 46)

Salah satu sifat penting yang pemimpin harus punya adalah kesabaran. Kesabaran menghadapi anak ulah anak buah, kesabaran menghadapi tantangan di sekitarnya dan kesabaran menghadapi ulah musuh-musuhnya.

Lihatlah bagaimana kesabaran Rasulullah saw –pemimpin para Nabi- menghadapi kaum kafir Quraisy ketika di Mekkah. Bagaimana kesabaran Rasulullah ketika dilempar kotoran hewan, diludahi, dikatakan sebagai orang gila dan bahkan sahabat-sahabatnya ada yang dibunuh dan disiksa. Ketika dakwah di Thaif misalnya Rasulullah dilempari batu, bahkan anak-anak kecil disuruh pemimpin-pemimpin kafir saat itu untuk mengusir Rasulullah. Sehingga malaikat Jibril saat itu ingin mengangkat gunung untuk dilemparkan ke penduduk Thaif. Tapi apa yang dilakukan Rasulullah? Rasulullah menolak usulan malaikat, bahkan dengan sabar Rasulullah mendoakan orang-orang yang memusuhinya : “Ya Allah beri petunjuklah kaum itu, karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.”

Puluhan ayat Al Quran yang menyuruh kita bersifat sabar, dalam berbagai kondisi, diantaranya :

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah.” (QS Shad 44)

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-Rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (QS al Ahqaf 35)

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-Rasul itu.” (QS al An’am 34)

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS al A’raf 137)

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS an Nahl 41-42)

“Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an Nahl 110)

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,” (QS al Furqan 74-75)

“(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran 126)

“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS al Maarij 5)

“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (QS al Anbiya’ 85)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pemimpin terhebat umat manusia adalah Nabi Muhammad saw. Rasulullah bukan hanya pemimpin atau teladan para sahabatnya, tapi juga teladan bagi istri-istri atau keluarganya dan anak-anaknya. Rasulullah teladan bagi kaum militer, kaum pedagang, kaum guru dan lain-lain.

Imam Hasan al Bana pendiri organisasi Islam terbesar di dunia, Ikhwanul Muslimin menyatakan : “Ikhwan sekalian kita tidak akan bisa meneladani seseorang tanpa mengenal siapa yang kita teladani itu dan mengetahui keadaan-keadaan dan perbuatan-perbuatannya, agar peneladanan itu benar dan jelas…Ikhwan sekalian, para sahabat Nabi saw yang bergaul dengan beliau, mengerti keadaan-keadaan beliau, terpengaruh oleh ajaran-ajaran beliau, sangat teliti dan berkeinginan menambah pengetahuan tentang keadaan Nabi saw. Sahabat yang bepergian, bila datang dari kepergiannya itu akan bertanya kepada sahabat-sahabatnya tentang keadaan Nabi saw yang mereka lihat, sabda-sabda beliau yang mereka dengar, peristiwa-peristiwa yang terjadi sepeninggalnya, serta wahyu yang turun selama kepergiannya. Mereka juga bertanya tentang orang-orang terdekat beliau, tentang ummahatul mukminin dan apa saja yang mereka ketahui dari sabda-sabda dan perbuatan-perbuatan Nabi saw.

Suatu ketika ada dua orang yang datang kepada Aisyah ra dan bertanya,”Wahai Ummul Mukminin, ceritakan kepada kami tentang keadaan Nabi saw yang paling menakjubkan yang pernah engkau lihat.” Aisyah menjawab,”Apa yang bisa kuceritakan kepada kalian? Karena seluruh keadaan beliau menakjubkan.”

Kemudian perhatikanlah apa yang diceritakan Aisyah kepada mereka. Aisyah menceritakan salah satu keadaan beliau ketika malam tiba, ketika setiap kekasih menyendiri dengan kekasihnya. Pada saat itu beliau saw menyendiri dengan Tuhannya, bersungguh-sungguh dalam bermunajat dan berdoa kepada Nya. Sayidah Aisyah memberi tahu mereka tentang hal ini serta menunjukkan salah satu kebiasaan Nabi saw.

Aisyah bercerita bahwa pada suatu malam Nabi saw datang usai shalat Isya’. Beliau tidur sebentar kemudian bangun dari tidurnya. Beliau menuju ‘geriba’ lalu berwudhu. Selanjutnya beliau mulai shalat, lalu menangis. Beliau terus saja shalat, sambal menangis, sehingga air mata beliau bercucuran membasahi tikar. Beliau masih shalat, menangis dan bercucurn air mata, sampai Bilal datang memberitahu beliau tentang kedatangan waktu shubuh. Maka Bilal bertanya,”Mengapa engkau menangis, Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang?” Nabi saw bersabda,”

Celaka engkau Bilal, bagaimana aku tidak menangis sedangkan pada malam hari ini telah diturunkan kepadaku satu ayat, yang barangsiapa membacanya tetapi tidak meresapinya maka celakalah ia. Kemudian beliau membaca firman Allah swt : “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambal berdiri, berdiri dan dalam keadaan berbaring  dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Ali Imran 191). “Celakalah siapa yang membacanya, tapi tidak memikirkannya.”…”

Hasan al Bana melanjutkan,”Sekalipun kedua sahabat tersebut telah mengetahui banyak tentang keadaan-keadaan Nabi, mereka tidak merasa cukup sebelum datang meminta tambahan informasi dari Ummul Mukminin Aisyah ra agar Ummul Mukminin bercerita tentang kebiasaan-kebiasaan Nabi saw yang tidak mereka ketahui. Demikianlah mereka sangat berminat untuk mengetahui seluk beluk kehidupan Rasulullah saw. Mereka tidak cukup mengetahui hal ini untuk diri mereka sendiri, tetapi bahkan mereka mengajarkannya kepada anak-anak mereka dan orang-orang yang ada di lingkungan mereka. Diriwayatkan dari Saad bin Abi Waqqash ra yang berkata,”Sungguh kami bercerita kepada anak-anak kami peperangan-peperangan Nabi saw sebagaimana kami mengajari mereka hafalan surat dalam al Qur’an.”

Ikhwan sekalian, minat besar kaum salaf pendahulu kita ini memberikan motivasi kepada kita kaum Muslimin –sedangkan kita tidak pernah menyaksikan keadaan-keadaan beliau saw, tidak pernah mendengar sabda-sabda beliau saw, tidak pernah melihat perbuatan-perbuatan beliau- untuk mempelajari sirah Nabi, supaya kita mendapatkan manfaat darinya. Jika Anda tekun membacanya, menyingkap detil-detil peristiwanya dan menjalin interaksi dengannya, maka Anda akan mendapatkan beberapa manfaat, yaitu ruh Anda semakin peka, hati semakin bercahaya, sehingga dalam diri Anda tumbuh cinta dan ingatan yang berpengaruh kuat dalam mengarahkan kepribadian, membangunkan perasaan dan memperkuat ruh Anda. Jadi pada hakikatnya Anda akan mendapatkan tiga manfaat : ruhiyah (spiritual), nafsiyah (kejiwaan) dan athifiyah (perasaan). Wahai akhi, anda merasa seakan-akan hidup bersama mereka, mendengar pembicaraan mereka, beserta mereka dalam amal-amal mereka dan mengikuti kajian-kajian mereka.

Demikianlah wahai akhi, setiap kali melalui satu periode dalam sirah, Anda akan merasakan kebersamaan ruhiah, karena kebersamaan fisik tidak tidaklah mungkin anda peroleh. Anda akan merasakan ketinggian perasaan, cahaya kejiwaan, di samping memperoleh manfaat praktis dalam bidang pengobatan, peradilan, muamalah dan penanganan seluruh aspek kehidupan.” ||

Penulis : Nuim Dachli Hasyim

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *