Kasus bully sedang viral di berbagai linimasa. Salah satunya tentang seorang mahasiswa Gunadarma yang memiliki kebutuhan khusus diberlakukan dengan semena-mena oleh kawan seperjawatannya. Ada apa sebenarnya?
Wartapilihan.com, Jakarta —Terjadinya pelaku bully bukan karena murni kejahatannya, melainkan karena terbentuk oleh pemerintah, keluarga, sekolah maupun lingkungan pertemanan. Hal ini yang disampaikan oleh Neno Warisman. Ia mengatakan, justru terjadinya perilaku bully ini adalah karena anak-anak merasa tidak bahagia karena tidak didukung untuk menjalani passion-nya.
“Hal yang mendasar, mereka tidak bahagia. Bukan mereka jahat, mereka hanya tidak bahagia. Di rumah tidak bahagia, di sekolah tidak bahagia dan di lingkungan juga tidak bahagia. Karena gak ada minat yang mereka dapatkan. Kalau dia senang, akan nyaman. Kalau nggak, mereka akan mencari kesenangan mereka, salah satunya dengan mem-bully,” ungkap Neno kepada Warta Pilihan, hari ini (18/7/2017).
“Anak menjadi beringas, menjadi tidak punya kerjaan, karena mereka tidak punya pihak dan orang yang mendukung passion mereka. Karena sekolah itu bukan passion utama untuk anak-anak,”
Neno yang aktif di dunia religi, pendidikan dan sosial ini menjelaskan, perlu ada upaya dari seluruh pihak, baik dari pemerintah dalam segi kebijakan, kemudian edukasi terhadap ayah dan ibu di rumah, dunia belajar dalam persekolahan, juga lingkungan pertemanan yang akan membentuk pribadi anak-anak.
“Harus ada upaya dari semua pihak, baik dari rumah, sekolah dan lingkungan yang bekerja secara kolaboratif untuk memunculkan bakat anak-anak tersebut dan memberikan peluang kepada dia untuk eksplorasi bakatnya. Di situlah letak kebahagiaan anak, sehingga tidak terjadi lagi soal bullying ini. Karena anak sudah sibuk dengan menjalani passion-nya,” lanjutnya menerangkan.
Menurutnya, anak-anak harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang, pasalnya mereka adalah korban dari sistem kehidupan yang buruk. Sistem itu dibuat oleh pemerintah, orang dewasa, mereka dibentuk oleh para pendidiknya.
Ia berharap, kasus bully tidak ditanggapi dengan cara orang dewasa. Karena ia berpandangan, anak-anak bisa seperti itu karena dibentuk dan ditempa oleh lingkungan, udara politik dan juga masyarakatnya. “Jangan ditanggapi dengan cara orang dewasa. Mereka anak-anak bisa seperti itu karena diajari oleh lingkungan, oleh udara politik, oleh ayah dan ibu pemimpin, oleh masyarakatnya,” ia menegaskan.
Neno memberikan suatu perumpamaan, tiba-tiba misalkan aparat mengerahkan barisan preman, hal itu, menurutnya, pelajaran yang buruk kepada anak-anak dan dewasa. Ada suatu pesan tersembunyi, ‘Kalau gitu, jadi orang jahat oke kok di negeri ini,’. “Yang baik malah dianiaya, yang jahat malah dimanja. Itu adalah pesan yang disampaikan ke anak remaja, dan itu berbahaya sekali bagi pendidikan. Anak-anak kita justru lebih cerdas (menyerap sesuatu dan melaksanakannya) daripada kita,” pungkasnya. ||
Eveline Ramadhini