Masih menjadi dilema besar, di sisi lain anak memang patut dimarahi karena sedang bandel-bandelnya; tetapi di sisi lain, orangtua sering menyesal ketika itu terjadi. Bagaimana dampaknya?
Wartapilihan.com, Depok – Mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, perlu pengetahuan yang luas dan pikiran yang panjang untuk mengetahui dampak apa yang akan terjadi ke depannya. Seorang Psikolog Anak Klinis, Sherly Meidya Ova mencoba mengulasnya. Ia mengatakan, ketika anak selalu dimarahi, akan ada dua kondisi ekstrim yang bisa saja terjadi, yaitu rasa takut yang berlebihan atau membangkang pada ajaran orangtua.
“Ketika anak selalu dimarahi, maka penerimaan anak dapat berupa dua kondisi ekstrim, yakni sangat takut dalam bertindak sehari-hari karena takut dimarahi dan dapat juga menampilkan kondisi membangkang dgn nasihat/ajaran orgtua,” papar Sherly, di Grup WhatsApp Forum Anak Pintar, (26/8/2017).
“Tiap dimarahi, anak hanya akan mencerna amarahnya, tapi hal yang membuat orangtua marah diabaikan oleh anak. Selain itu, anak juga dapat mempelajari bahwa marah merupakan cara yg dapat diterima/diperbolehkan untuk menyelesaikan masalah,” lanjut Sherly dalam forum diskusi Anak Pintar yang beranggotakan 350 ayah dan bunda dari berbagai wilayah di Indonesia.
Sherly menjelaskan, individu pada dasarnya cenderung melakukan modelling terhadap orang-orang di sekitarnya. Dampaknya, jika anak terus-menerus mendapatkan hujan amarah dari orangtuanya, maka ia bisa menjadi orang yang pemarah juga di kemudian hari. Pasalnya, marah, oleh anak akhirnya dijadikan sebagai penyelesaian masalah.
“Marah (akhirnya) dianggap sebagai cara yang tepat. Sama halnya dengan korban kekerasan/bullying, terdapat pola jika individu menjadi ‘korban’ maka ada kecenderungan individu tersebut dapat menjadi ‘pelaku’. Dalam hal ini, apabila sering dimarahi maka di kemudian hari dapat menjadi orang yang pemarah,” Sherly mewanti-wanti, ketika Warta Pilihan menanyakan lebih jauh kepadanya.
Maka dari itu, Sherly menyarankan agar orangtua mampu mengondisikan dirinya ketika marah. Seperti menarik nafas panjang, berwudhu, atau beribadah. “Apabila dengan menghindarkan diri itu dapat membuat kepala lebih dingin, maka hal tersebut adalah hal baik yang dianjurkan. Namun, hal tersebut sebaiknya tidak terlalu lama. Misalnya pergi ke tempat yang bisa membuat tenang,” imbuhnya.
Adapun dalam hal menghindari diri dari amarah, aktivis di Forum Anak Pintar ini menekankan agar menghindarinya dengan tepat, sehingga sumber masalah yang menyebabkan amarah dapat diselesaikan. Pasalnya, memendam amarah menurutnya tidak baik karena sewaktu-waktu dapat meledak.
“Menghindari diri itu seperti apa? Menghindari diri yang baik ialah apabila ketika diri sedang dikuasai amarah, lalu menenangkan diri dengan menjauhi hal yang membuat marah,” tandas Sherly.
“Karena memendam amarah jg tidak baik. Dikhawatirkan akan muncul ‘efek gunung es’ yang sewaktu-waktu apabila ditumpuk akan meledak amarahnya. Emosi yang dirasakan, baik emosi positif maupun emosi negatif perlu untuk disalurkan. Tapi, dengan cara yang dapat diterima dan tidak merugikan diri-sendiri maupun orang lain,” pungkasnya.
Untuk diketahui, forum Anak Pintar merupakan forum yang menyediakan wadah bagi para orangtua dan anak agar peduli pada isu parenting dan keluarga. Dibantu para psikolog handal, orangtua dapat berkonsultasi dan berdiskusi secara cuma-cuma, baik secara online maupun offline. Anggota yang bergabung tidak hanya dari Jabodetabek, melainkan juga Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Makasar, Bone, dan lainnya. Dapat ditelusuri lebih lanjut di Instagram @anakpintar.id dan Facebook @AnakPintar.ID.
Eveline Ramadhini