Pemutusan diplomatik Arab Saudi dengan Qatar membawa implikasi ke negara lain termasuk Indonesia. Apa saja dampaknya?
Wartapilihan.com, Jakarta – Dipimpin Arab Saudi, sejumlah negara seperti Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Libia, Yaman, dan Maladewa memutuskan hubungan diplomatik, memotong jalur logistik dan melakukan zona larangan terbang dengan Qatar. Pengamat Timur Tengah, Hamdan Basyar mengatakan, sumbu konflik ini di latarbelakangi oleh ekonomi.
“Hegemoni Amerika tetap disana, ada keseimbangan China akan lebih dekat dengan Saudi, ini masalah ekonomi sebenarnya. Minyak, gas dan lain sebagainya. Akhirnya yang untung mereka-mereka juga,” kata peneliti LIPI ini di acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/6).
Selain itu, Hamdan menuturkan, pergerakan Qatar dalam berbagai sektor lebih cepat dibandingkan negara di sekitarnya. Hal ini yang membuat Arab Saudi menjewer atau memberikan hukuman agar negara tersebut tidak terlalu cepat kemajuannya.
“Apalagi misalkan Uni Emirat Arab juga merasa tersaingi secara ekonomi, mereka sedang sama-sama menuju naik, ini karena masalah itu sebenarnya,” sambung Hamdan.
Lebih lanjut, dalih untuk memerangi terorisme, menurutnya hanya alasan belaka saja. Teroris versi Qatar kata Hamdan adalah negara yang merongrong negara setempat. Negara-negara di sekitar teluk pasti akan mereformasi seperti Qatar.
“Harapan saya mudah-mudahan tidak sampai jadi perang fisik. Oleh karena itu, Qatar diminta bergeraknya jangan terlalu cepat. Walaupun demikian, saya yakin negara-negara di Eropa akan melirik Qatar untuk investasi termasuk Indonesia,” tukasnya.
Secara implikasi ke Indonesia, kata Hamdan adalah soal maskapai penerbangan jamaah Haji dan Umrah. Sebab, Qatar Airways tidak bisa turun di Jeddah maupun Madinah.
“Tetapi saya kira sudah bisa di atasi, masalah yang lain adalah TKI kita. Saya tidak tahu jumlah persisnya berapa, tapi saya yakin banyak TKI kita disana karena disana negara terbuka. Yang terasa adalah Jamaah Indonesia khusunya bulan ini bagi yang melaksanakan ibadah Umrah,” ujarnya.
Hamdan menyarankan, posisi Indonesia atas hubungan diplomatik ini untuk bersikap netral, karena selama ini Indonesia menjalin hubungan secara baik dengan Qatar maupun Arab Saudi. Apabila Indonesia mengambil sikap seperti Turki, maka akan bermasalah lebih luas. Sebab, salah satu negara dengan Jamaah haji terbesar adalah Indonesia.
“Sebaiknya posisi Indonesia tidak memihak, karena kalau memihak posisi kita agak repot. Secara ekonomi kita juga butuh kedua-duanya. Saya kira dialog kemarin yang dilakukan Pak JK dengan kedua tersebut baik dan ini memberikan sinyal kita kemana. Ini menurut saya langkah terbaik untuk Indonesia,” pungkasnya.
[Ahmad Zuhdi]