Gojek yang Hebat, (Bukan) Gojek yang Jahat

by

Wartapilihan.com – Siapa yang tidak tahu gojek hebat? Maksudnya, gojek dan kawan-kawannya. Kalau tidak tahu dengan dunia persilatan IT, yang sangat marak akhir-akhihr ini, maka ketidaktahuan itu adalah suatu kesalahan, yang dimaafkan.

Gojek yang saya tulis di sini termasuk Grab, Uber dan teman-temannya. Mereka bisa menjadi hebat tetapi juga bisa menjadi jahat secara sengaja atau tidak sengaja. Gojek membantu memudahkan kehidupan dan bahkan menyediakan keamanan bagi penumpangnya karena kemana pun angkutan itu pergi selalu terpantau posisinya.

Tetapi hukum besi pasar yang tidak diberi norma, lembaga dan moral akan selalu berhadap-hadapan secara sengit antara pendatang baru yang kuat dan pelaku asli yang ada di pasar. Persaingan bebas semacam itu akan selalu memakan korban.

Persaingan ini selalu berulang dan menjadi tanda dan tahap-tahap kemajuan jaman. Dulu motor dan mobil menyingkirkan becak dan dokar. Peralihan dari kendaraan tenaga hewan dan manusia di lapangan atau tepatnya di pasar jasa angkutan tidak kalah sengit dengan yang terjadi sekarang antara gojek dan kawan-kawannya berhadapan dengan ojek tradisional dan taksi konvensional.

Ketegangan sudah terjadi paling tidak selama satu tahun terakhir ini. Moda angkutan baru dengan aplikasi sudah dihadang demo berkali-kali. Tidak sedikit yang ingin memberangus dan meminta pemerintah menutupnya.

Tetapi pemerintah pada satu sisi bijaksana karena berwawasan terbuka dan masih tetap memberi peluang kepada gojek dan taksi beraplikasi untuk berkembang karena memang sudah kehendak jaman. Tetapi pada sisi lain masih sangat naif karena tetap membiarkan mereka saling terkam di lapangan sehingga ketegangan dan friksi mulai menimbulkan korban manusia.

Gojek, gocar, grab dan uber adalah pendatang baru yang kuat. Sedangkan ojek pinggiran kota dan taksi konvensional adalah pelaku yang lemah. Jika keduanya bertemu, maka nyaris pertempuran pasar pasti terjadi secara otomatis.

Hukum besi pasar seperti ini sama persis dengan penjelasan Schumpeter. Di dalam teorinya, “creative destruction”, disebutkan bahwa kreativitas baru dan inovasi baru di pasar secara otomatis akan menghancur-leburkan kreativitas yang lama sebelumnya.

Hukum inilah yang sedang terjadi antara gojek dan angkot. Jika dibiarkan, maka yang terjadi adalah “creative destruction” tadi – ladang pembantaian pemegang otoritas kreativitas yang baru terhadap pelaku-pelaku yang lama.

Moral dan norma tidak bisa lahir dengan sendirinya di pasar. Pasar hanya punya tenaga “invisible” yang sangat kuat. Tenaganya menjadi menjadi lebih kuat dan tampil sebagai “super power” dengan teknologi yang canggih. Dan dalam waktu bersamaan punya kekuatan destruksi yang kuat dan canggih pula.

Pasar tidak bisa menciptakan moral dan tidak bisa mengakomodasi norma secara spontan. Karena itu, norma yang baik dan aturan yang sehat harus diciptakan bersama oleh pelaku-pelakunya dan negara untuk menghindari persaingan yang sengit dan mencegah ladang pembantaian di pasar yang tidak bermoral.

Bagaimana caranya? Saya tidak perlu mengajarkannya karena yang berkelahi itulah yang bisa menahan, berdamai dan menghentikan perkelahian pasar. Dalam keadaan seperti ini negara harus hadir, jangan bengong seperti sekarang, dan harus membantu transisi yang bagus untuk melompat ke tahap kemajuan kehidupan yang lebih baik.

Konsumen sangat diuntungkan dengan hadirnya kemudahan teknologi. Kemana saja gojek berjalan, posisinya dapat dipantau. Dengan teknologi itu gojek dan kawan-kawan dapat mencegah kejahatan dan mengendalikan orang-orang jahat untuk menahan perbuatannya.

Tetapi dengan persaingan pasar bebas dan sengit sekarang ini, gojek dan kawan-kawannya bisa menjadi jahat di pasar. Teori “creative destruction” Schumpeter berlaku sebagai bingkai ladang pembantaian pelaku-pelaku usaha sebelumnya.

Negara harus hadir. Gojek dan kawan-kawannya bisa dan harus bisa berbisnis dengan hati, mengajak gojek pinggiran itu masuk lebih dahulu ke dalam rangkulan teknologi canggihnya. Ajak dengan baik, mari bersama masuk ke dalam kehidupan yang lebih mudah dengan teknologi.

Jangan biarkan mereka cuma menonton kemudian dibantai habis dengan hadirnya teknologi canggih. I

Penulis : Prof Didik J. Rachbini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *