Berburu Lailatul Qadar

by

Klub Arsenal biasanya berjaya di awal English Premiere League, namun tidak konsisten memenangi laga demi laga berikutnya, hingga akhirnya gagal menyabet gelar jawara Liga Inggris.

Begitulah kiranya tamsil bagi kebanyakan kaum muslimin dalam berpesta ibadah Ramadhan.

Setelah pada pekan pertama Ramadhan masjid dan mushola ‘’kekecilan’’ oleh jamaah yang membludak, kini memasuki sepuluh hari terakhir rumah-rumah ibadah justru ‘’kegedean’’. Shaf-shaf tarawih mengalami ‘’kemajuan’’, karena banyak jamaahnya yang mundur.

Padahal, sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah babak final Bulan Suci. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Hal ini selalu diingatkan Rasulullah SAW setiap jelang akhir Ramadhan: “Sungguh, telah datang kepadamu Ramadhan, bulan penuh berkah. Allah SWT mewajibkan kamu berpuasa. Saat itu dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, serta dibelenggu setan-setan. Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar.”

Ka’ab meriwayatkan, ada saat-saat tertentu yang diistimewakan Allah SWT; Hari terbaik dipilih Jum’at, bulan terbaik dipilih Ramadhan, dan malam terbaik dipilih malam Lailatul Qadar.

Dalam Al Qur’an sampai dua kali Allah SWT menyebut keistimewaan Lailatar Qadar, yaitu dalam  Surah Al Qadar ayat 1-5 dan Surah Ad-Dukhaan ayat 3-6.

Salah satu kemuliaan Lailatul Qadar, karena malam itu adalah saat pertama diwahyukannya Al Qur’an kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW (QS Al Baqarah 185).

Di malam mulia itu, Allah mengutus malaikat Jibril dan banyak lagi malaikat lainnya ke bumi. Mereka menyebar ke seluruh penjuru bumi, menebarkan salam, memasuki masjid-masjid, bertamu ke rumah-rumah orang-orang mukmin sambil bertasbih, bertahlil dan bertakbir, serta memohonkan ampunan kaum muslimin yang sedang beribadah di manapun berada.

Pada malam itu pula, Allah menetapkan ’’skenario’’ (takdir)  rizqi, umur, dan segala urusan setiap manusia dalam jangka setahun ke depan hingga Lailatul Qadar Ramadhan mendatang.

Allah SWT malam itu membuka lebar-lebar pintu langit untuk memenuhi permohonan do’a, dan menerima taubat bagi yang sungguh bertaubat.

Lailatul Qadar disebut ’‘malam yang lebih baik dari seribu bulan”, artinya reward (pahala atau ganjaran) yang diberikan Allah pada hamba-Nya yang beribadah pada malam itu, nilainya lebih besar dari pahala ibadah selama seribu bulan.

Menurut UNDP (2016), usia harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 69,4 tahun. Sedang versi CIA World Factbook, mencapai 72,70 tahun (rangking 82 dunia). Sedangkan seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Artinya, kalau kita beroleh keberkahan Lailatul Qadar, maka sekujur umur kita terlimpahi rahmat dan ampunan-Nya. Hal ini ditegaskan Rasul dalam wasiatnya:

Siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar, beribadah di dalamnya dengan penuh keimanan dan perhitungan yang matang, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan sesudahnya (seumur hidup)”(HR Bukhari).

Sengaja Allah SWT tidak memberitahu kapan persisnya Lailatul Qadar itu, agar umat Muslim senantiasa siaga ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Namun sebagai petunjuk, Rasulullah SAW menyebut: “… itulah malam yang hitungannya ganjil; sembilan, tujuh, lima, tiga, atau bahkan hari terakhir’’ (HR Ahmad).

Dari hadist di atas dan beberapa hadist lainnya, dapat disimpulkan  bahwa Lailatul Qadar ’’maujud’’ pada salah satu malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan. Jadi bisa pada malam ke-21, 23, 25, 27, atau ke-29 Ramadhan.

Bagaimana kita bersiaga menyongsong Lailatul Qadar?

Yuk, mari perbanyak istighfar, shalat sunat, membaca Al Qur’an, tahlil, tahmid, tasbih, takbir, dan memperbanyak sholawat.

Kesemuanya dapat disatukan dalam paket ibadah i’tikaf, yaitu berdiam di masjid beberapa waktu (jam sampai hari) dengan niat untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *