Wartapilihan.com – Adil adalah fitrah manusia. Setiap manusia menginginkan keadilan dan membutuhkan keadilan dalam hidupnya. Seorang ayah, perlu bersikap adil terhadap anak-anak dan istrinya (atau istri-istrinya). Seorang istri perlu pula bersikap adil terhadap anak-anak dan keluarga besarnya.
Orang tua yang bersikap adil terhadap anak, maka ia akan melihat potensi bakat anak dan berusaha mengembangkannya. Ia tidak menyamaratakan anak agar semua jadi arsitek atau semua jadi dokter misalnya. Tapi ia betul-betul mencermati fikiran dan perilaku anaknya dan mengarahkannya ke jalan yang benar. Sehingga anak-anak tumbuh ceria mengembangkan bakatnya yang diberikan Pencipta alam semesta, Allah SWT.
Seorang kepala negara juga harus bersikap adil terhadap rakyatnya. Ia tidak membagi-bagikan kekayaan negara kepada keluarga, kelompok atau partainya saja. Ia harus berusaha semaksimal mungkin membagi kekayaan negara secara adil dan merata kepada seluruh rakyatnya. Sehingga tidak ditemui –seperti di tanah air—orang yang pekerjaannya santai, tapi gajinya sangat besar. Seperti gaji anggota DPR yang pekerjaannya berjamaah –boleh sering absen tidak masuk—tapi gajinya besar (bisa sekitar 100 juta tiap bulan). Sementara rakyat yang diwakilinya masih jutaan yang menderita kemiskinan.
Seorang gubenur juga wajib bersikap adil terhadap masyarakatnya. Ia harus bisa memastikan bahwa rakyat yang dibawahinya semuanya tercukupi sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikannya. Bila ia tidak memiliki kekayaan yang cukup dalam anggaran daerahnya, ia bisa mengajak orang-orang kaya di daerah itu untuk bersama-sama memikirkan dan mencukupi kebutuhan orang-orang miskin.
Makanya perlu diingat bahwa kepala daerah atau kepala negara bukan hanya bertanggungjawab terhadap rakyatnya, tapi ia juga bertanggungjawab terhadap Allah SWT di hari akhirat nanti. Dengan keyakinan Tauhid ini, maka penguasa tidak enak-enakan dalam memegang amanahnya.
Beratnya tugas pemimpin ini, maka Rasulullah menyatakan bahwa pemimpin yang adil akan ‘bersama-sama Rasulullah saw di surga’. Rasulullah juga menyatakan bahwa pemimpin yanga adil salah seorang yang akan dilindungi Allah SWT ketika di ‘hari hisab’ nanti, dimana tidak ada perlindungan selain perlindungan Allah SWT.
Seorang guru juga harus bersikap adil terhadap murid-muridnya. Mereka yang mempunyai kelebihan kecerdasan tertentu, dikembangkan kecerdasannya itu. Para guru harus memahami berbagai kecerdasan yang dipunyai anak didiknya. Dan juga memahami mana anak-anak yang menonjol otak kanan dan otak kirinya, atau mana anak-anak yang menonjol kedua-duanya, otak kanan dan kirinya.
Seorang bos di sebuah perusahaan harus bersikap adil terhadap para karyawannya. Ia harus memberi imbalan bagi mereka yang bekerja keras dan memberi sanksi bagi mereka yang melanggar aturan perusahaan. Ia juga harus memahami dan berusaha mengembangkan semaksimal mungkin karier anak buahnya.
Seorang hakim apabila memutuskan perkara mesti dengan keputusan seadil-adilnya. Ia mesti mendengarkan argumentasi kedua belah fihak, korban dan tersangka, dengan secermat-cermatnya. Alangkah baiknya sebelum mengambil keputusan, para hakim shalat Sunnah dua rakaat lebih dulu, memohon petunjuk kepada Allah SWT, sang Pemilik Keadilan (al Adl yang merupakan salah satu sifat Asmaul Husna).
Kemuliaan adil ini disebutkan dalam al Quran. Sehingga para Nabi salah satu tugasnya –selain mengajak kepada Tauhid ibadah kepada Allah SWT semata- juga mengajak manusia untuk membangun dan menegakkan keadilan. Berikut beberapa ayat Al Quran tentang keadilan :
“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS at Tin 8)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS an Nisa’ 135)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al Maidah 8)
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (QS al Anam 152)
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS an Nahl 90)
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS al Hujurat 9)
“Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan.” (QS al A’raf 159)
“Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?” (QS an Nahl 76)
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)”. (QS asy Syura 15) ||
Penulis : Dachli Hasyim