Yusuf Muhammad Martak: AHY Belum Waktunya Maju

by
Yusuf Muhammad Martak. Foto: Zuhdi

Ada 3 nama yang sering menjadi bahan pembicaraan dalam GNPF Ulama serta Ijtima Ulama sebagai calon presiden Republik Indonesia. Siapa dia?

Wartapilihan.com, Jakarta –Sesaat menjelang pembukaan Ijtima Ulama, perwakilan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF Ulama) melakukan pertemuan tertutup dengan lima partai Koalisi Keummatan dan Kebangsaan. Yakni Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Berkarya.

Ketua GNPF Ulama Ustaz Yusuf Muhammad Martak menuturkan, kendati Gubernur DKI Jakarta Anies telah tiba di tempat acara, mantan Mendikbud itu tidak dapat masuk ke ruangan karena bukan perwakilan Ketua Umum atau Sekjen (Sekretaris Jenderal) dari partai Koalisi Keummatan. Apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut?

“Disitu kami menyampaikan bahwa Gubernur DKI Anies Baswedan merupakan salah satu nama yang direkomendasikan Habib Rizieq Shihab. Konkretnya, nomor 1 dan 2 (Capres dan Cawapres) bukan ranah ulama, tapi partai koalisi,” ujar Yusuf kepada media di menara Peninsula Hotel, Slipi, Jakarta, Sabtu (28/7).

Selain Anies, nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sempat beredar. Namun, kata Yusuf, Partai Demokrat dan Partai Gerindra tidak memaksakan putra sulung SBY tersebut sebagai Capres. Hal itu senada dengan pertemuan SBY dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

“Insya Allah saya yakin, Pak SBY melihat dengan cermat, strategis dan taktis kapan AHY dicalonkan. Jika seorang negarawan memiliki pemikiran seperti itu, Indonesia akan dipimpin oleh pemimpin yang punya kapasitas,” katanya.

Hal itu diutarakan Yusuf karena dirinya merasa jenuh melihat tokoh nasional yang sudah udzur, namun enggan lepas dari kancah politik nasional.

“Puluhan tahun kita bergantung kepada mereka yang jelas-jelas tidak membawa perubahan untuk negara dan bangsa. Ketika Pak JK (Jusuf Kalla) berpasangan dengan Pak SBY, kami sangat respect. Tapi, di periode (Jokowi) ini Pak JK tidak ada perannya sama sekali sebagai Wapres,” ujarnya.

Namun, ia juga memiliki kekhawatiran jika tokoh muda seperti AHY dicalonkan menjadi Capres atau Cawapres. Menurut Yusuf, masyarakat akan berasumsi seperti kekalahan AHY di Pilkada DKI tahun lalu.

“Jika (partai Demokrat) mereka sudah merasa waktunya (AHY dicalonkan), menurut saya sah-sah saja. Seperti, Ibu Megawati tidak 100 persen menjadikan Puan Maharani harga mati. Karena semua ada ukurannya, jika dipaksakan bisa berantakan di tengah jalan,” jelas Yusuf.

Yusuf menjelaskan, kriteria muda menurut dirinya yaitu telah berkecimpung lama dalam kepemimpinan lebih dari 20 tahun dan memiliki kapabilitas.

“Seperti Sandiaga Uno berpengalaman dalam memimpin perusahaan. Nah, kalau tiba-tiba dari Kesatuan yang belum masuk ke wilayah politik, saya khawatir pencalonan tersebut hanya endorsement saja. Dan itu bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan kepentingan partai,” tegas dia.

Yusuf menandaskan, ada 3 nama yang sering menjadi bahan pembicaraan dalam GNPF Ulama serta Ijtima Ulama sebagai calon presiden Republik Indonesia. Yakni Habib Rizieq, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

“Hasil dari Ijtima ini tidak berbentuk maklumat, melainkan rekomendasi. Jangan hanya dilihat siapa yang direkomendasi sebagai RI 1 atau RI 2. Tetapi masalah pendidikan, dakwah, ekonomi, dan kelembagaan ini lebih penting,” ungkap Yusuf.

“Sebab, ada indikasi pelajaran-pelajaran agama dihapus. Mudah-mudahan umat Islam melihat rekomendasi itu lebih mungkin diambil sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan,” tutupnya.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *