“Artinya, Pak Prabowo tidak merasa dirinya paling baik,” kata Yusuf Martak.
Wartapilihan.com, Jakarta –– Di pembukaan Ijtima Ulama dan tokoh nasional, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan siap tidak akan maju di Pilpres 2019 mendatang jika ada sosok yang lebih baik dari dirinya.
Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF Ulama) Ustaz Yusuf Muhammad Martak mengatakan, pernyataan Prabowo merupakan budaya ketimuran yang mendahulukan adab, tata krama dan tanggung jawab.
“Saya melihatnya Pak Prabowo tidak jumawa, tidak ambisi dan memersilakan jika ada yang lebih baik dari dirinya. Pertanyaannya, sekarang ada tidak yang lebih baik dari Pak Prabowo? Dan dia mempunyai kendaraan (partai politik),” ujar Yusuf di bilangan Slipi, Jakarta Barat, Sabtu (27/7).
Sebelumnya, Prabowo mengatakan dirinya tetap mengaku siap menjadi alat umat dan alat rakyat Indonesia di pilpres 2019 mendatang. Ia juga berkomitmen berjuang demi kepentingan rakyat Indonesia di tengah carut-marutnya kondisi Indonesia.
“Kita ingin berjuang untuk kepentingan bangsa, rakyat dan umat Islam. Kita ingin Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Dan kita tidak mau jadi antek asing. Itu tekad kita,” tegas Prabowo disambut pekikan Takbir dari peserta Ijtima.
Dalam kesempatan sama, Sekretaris Pelaksana Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional Dani Anwar memaparkan kriteria umum dan kriteria khusus Capres Cawapres versi Ijtima Ulama. Apa saja?
“Pertama, beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Kedua, memiliki ilmu dan kompetensi negara sesuai Undang-Undang Dasar 1945. Ketiga, sehat jasmani dan rohani,” papar Dani.
Kriteria keempat, lanjut dia adalah memiliki keberpihakan terhadap pribumi dan umat Islam. Menurutnya, saat ini pemerintah kurang ramah terhadap umat Islam dengan maraknya kriminalisasi yang dialamatkan kepada ulama, aktivis dan tokoh pergerakan.
“Kelima, bebas dari pemikiran sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan aliran sesat,” katanya.
Sedangkan kriteria khusus, kata Dani yaitu seorang muslim taat beribadah. Kedua, memiliki sikap jujur, integritas, dan cerdas.
“Ketiga, memahami Undang-Undang Dasar 1945 sesuai khittah perjuangan Islam. Keempat, kemampuan manajerial. Dan terakhir, keberpihakan dan pembelaan terhadap Islam,” jelas Dani.
Dani menuturkan, tak jarang peserta Ijtima berdebat keras soal kriteria umum dan kriteria khusus Capres dan Cawapres. Sebab, menurutnya, rekomendasi tersebut tak hanya berlaku di 2019, namun untuk jangka panjang sebagai pedoman muslim dalam menentukan pimpinannya.
“Dalam Ijtima akan melahirkan satu institusi baru. Nantinya, institusi ini akan dipilih dalam sidang Ijtima Ulama dan menjadi panduan di tiap daerah dalam merujuk pedoman atau arahan dari GNPF Ulama Pusat,” tandas dia.
Saat ini, Ijtima Ulama masih berlangsung dan penuh dengan dialektika untuk pembangunan Indonesia ke depan. Komisi Politik sedang membahas program keummatan dan pakta integritas yang akan ditawarkan kepada Capres-Cawapres 2019.
Ahmad Zuhdi