Wanita Islam lahir di Yogyakarta pada tanggal 29 April 1962, bertepatan dengan 22 Zulkaidah 1382 H, sebagai organisasi yang mandiri (independen) yang lahir pada masa Demokrasi Terpimpin dengan gagasan yang kontroversialnya yakni menggilas ideologi NASAKOM (Nasionalis Agama Komunis).
Sebagai pemrakarsa adalah ibu-ibu mantan pengurus Muslimat Masyumi, yang terpacu oleh spirit QS As-Shaff 61:4 :
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh”.
Sebagaimana disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abu Thalib Ra, bahwa : “Kebenaran itu harus diperjuangkan dengan barisan teratur, karena kebatilan yang terorganisir dengan baik akan mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik”.
Pergerakan wanita yang muncul di Indonesia terutama Wanita Islam ini, tidak sama dengan pergerakan wanita di Barat, yang memperjuangkan hak persamaan wanita-pria (feminisme). Di Indonesia pergerakan wanita lahir untuk memperjuangkan kemerdekaan dan untuk memberi ruang bagi wanita untuk menyumbangkan perannya.
Setelah Partai Masyumi membubarkan diri, maka para mantan pengurus Muslimat Masyumi meneruskan perjuangan dengan membentuk perkumpulan-perkumpulan lokal.
Mereka melanjutkan kegiatan dalam berbagai bidang seperti bidang keagamaan, sosial dan ekonomi, melalui pengajian, usaha ketrampilan dan usaha koperasi. Dan puncaknya pada tanggal 27-29 April 1962, Badan Kesejahteraan Wanita Islam Indonesia yang berasal dari Jakarta, Yogyakarta dan Solo, mengundang perkumpulan ibu-ibu muslimah yang mempunyai, visi, misi yang sama dari berbagai tempat seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Madura, Kalimantan dan Sumatera. Mereka berkumpul dalam sebuah musyawarah untuk menyatukan pendapat serta mencetuskan suatu wadah bagi berkumpulnya organisasi-organisasi wanita tersebut bernama Wanita Islam.
Tokoh-tokoh wanita yang memprakarsai musyawarah tersebut yaitu dari Yogyakarta dan Solo seperti ibu Hj Zaenab Damiri, Ibu Aisjah Hilal, Ibu Hj Gitoatmodjo, Ibu Sunarjo Mangunpuspito, Ibu AR Baswedan dan dari Jakarta Ibu Hj RABS Sjamsuridjal dan Ibu SR Poedjotomo.
Selain mereka, masih banyak lagi tokoh-tokoh yang turut merintis berdirinya Wanita Islam. Maka Bidang Pendidikan yang nantinya ditugaskan untuk menyiapkan berdirinya RA/BA/ TK Islam, kemudian membentuk Yayasan Pendidikan Bakti di Solo tahun 1966 sebagai Badan Otonom dari Wanita Islam.
Acara Musyawarah tersebut diselingi dengan hiburan, nyanyian yang dibawakan oleh putera putera Ibu dan Bapak Baswedan, yang dikreasi oleh Muhammad Diponegoro.
Pidato sambutan dari Pangdam VII Diponegoro, Brigjen M Sarbini dengan tema “Wanita Islam Turut Mengambil Peranan”.
Beliau menyampaikan bahwa Wanita Islam berperan dalam berdaya upaya mewujudkan cita-cita perjuangan Nasional Indonesia pada waktu itu antara lain:
1) Mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berbentuk Kesatuan dan berdaulat penuh dari Sabang sampai ke Merauke,
2) Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera dan merata,
3) Mewujudkan dunia yang bersih dari kolonialisme, imperialisme, menuju perdamaian dunia yang sempurna.
Sementara itu BPH Prabuningrat selaku Penguasa Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan sambutan dengan menyampaikan bahwa: ”Wanita Islam lahir dalam kondisi yang demikian genting. Wanita Islam sanggup berhadapan muka dengan seribu satu kesulitan dan rintangan yang harus diatasi dengan rasa pengabdian dan penuh tanggung jawab terhadap Nusa dan Bangsa. Wanita Islam mempunyai perasaan yang tajam, pikiran yang sehat dan merasa dirinya mendapat panggilan jiwa untuk turut menyelamatlan rakyat kita yang sampai sekarang masih dalam keadaan menderita”.
Oleh sebab itu peran muslimah dalam perjuangan ummat telah eksis sejak sebelum kemerdekaan sampai sekarang.
Setelah Indonesia merdeka, perjuangan para Muslimah Indonesia di berbagai bidang baik politik, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan semakin terlihat termasuk di dalamnya adalah oganisasi wanita Islam yang singkat WI tersebut.
Wanita Islam telah dan akan terus berjuang dibawah keridhoan Ilahi dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial, kesehatan, politik dan ekonomi serta Hukum dengan mengambil spirit dari sejarah berdirinya wanita Islam yang sangat Heroik peduli pada persoalan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dirgahayu Wanita Islam ke-58.Tetap semangat mengisi kemerdekaan. (Hj Marfuah Musthofa, Ketua Umum Wanita Islam)