
Hampir seluruh dunia sedang digoncang oleh virus Corona (Covid-19). Ribuan sudah meninggal lantarannya. Pandemi juga membawa dampak yang signifikan di segala aspek kehidupan, tak terkecuali Indonesia.
Semua manusia dibawa pada situasi kebingungan, baik dari dampaknya, cara mengatasinya dan tindakan-tindakan yang bagaimana untuk menghadapinya. Semua diarahkan pada pola pikir dan tindakan yang sama, bagaimana Covid-19 ini segera lenyap dari muka bumi. Berbagai penelitian dilakukan, hipotesa baik medis maupun non medis dikemukakan. Alternatif obat dari rumah sakit maupun herbal ditawarkan, belum juga mampu atasi masalah.
Dulu tidak ada yang namanya Covid-19, kini muncul wujudnya virus. Dan orang-orang yang tadinya hidup sehat, terserang virus tersebut kini banyak yang mati, meski tak bisa disangkal banyak pula yang sembuh. Ini memberi pelajaraan bahwa semua yang belum wujud kini bisa ada (virus corona), dan semua yang tadinya wujud kini terserang virus corona menjadi mati atau tidak ada.
Penulis meyakini suatu ketika nanti Covid-19 itupun akan sirna. Begitulah sejatinya dunia seisinya, tidak ada yang kekal. Semua yang wujud bisa hilang, semua yang belum wujud bisa ada. Jadi, tidak ada yang abadi.
Keabadian hanyalah wujud Allah SWT. Kita meyakini bahwa Allah Sang Kholiq, Pencipta alam semesta beserta isinya adalah Yang Maha Kekal, sebagai sebuah kebenaran hakiki yang tak dapat diganggu oleh perilaku kehidupan apapun. Kalau seluruh makhluk itu tidak kekal, maka Allah harus Kekal, karena sifat wajib Nya, yaitu Mukhalafah lil hawadits.
Dengan demikian maka, selain ikhtiar sebagai syariat, doa menjadi wajib dilakukan. Hal ini sangat penting, karena kemampuan-Nya mengadakan dan meniadakan sesuatu. Sebagaimana janji-Nya, ud’uni astajib lakum (mintalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan). Terlebih sata ini ketika kaum muslimin sedang menjalankan ibadah puasa. Rasulullah ﷺ, bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga orang yang doa mereka tidak ditolak oleh Allah: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doanya orang yang terzalimi” (HR Al-Tirmidi, Ahmad, Ibnu Majah).
Maka berduyun-duyun seantero dunia manusia berdoa, dari yang tadinya tidak percaya adanya Tuhan kini menundukkan diri bertafakur dan ber muhasabah.
Lalu mengapa sampai sekarang doa itu belum dikabulkan. Sejatinya Allah itu Maha Rahman dan Rahim, maka apabila sebuah doa dikabulkan itulah bentuk kasih sayang Nya kepada hamba-hamba yang senantiasa menghambakan diri. Namun apabila doa belum dikabulkan, bisa jadi Allah sedang menunjukkan Ke – Maha Digdaya – an Nya, dan tak ada sesuatupun yang mampu mengintervensi-Nya.
Mengapa doa itu menjadi faktor terpenting dalam melawan Covid-19? Memang kadang kala jawaban atas doa kita tidak selalu tentang apa yang akan kita dapatkan, namun justru apa yang akan hilang dari kehidupan kita. Hal-hal yang akan hilang setelah kita berdoa adalah kekhawatiran, kemarahan, depresi, kekecewaan, sakit hati, kerakusan, ketamakan, kebencian, kesombongan dan sebagainya. Dan ketika hal-hal (kekhawatiran, kemarahan, depresi, dan lain-lain) tersebut hilang dari kehidupan kita, maka akan menumbuhkan semangat dan energi yang akan menciptakan imun atau kekebalan tubuh dari berbagai serangan penyakit.
Ketika semua umat manusia berdoa, ketika secara serentak setiap detik digemakan doa, maka energi itu benar-benar akan terpancar diseluruh alam dan mengabarkan harapan akan kehidupan umat beragama, umat yang ber Tuhan. Sungguh agama Islam itu adalah logika yang sehat. Semoga segera sehat pula semua yang terpapar covid-19. Aamiin.