Terapi Diabetes Pada Sel Pankreas

by
http://www.dreamstime.com/stock-images-type-2-diabetes-image29046584

Selama ini terapi diabetes hanya pada pemberian insulin untuk mengimbangi kadar gula darah yang melimpah di dalam tubuh. Fokus pengobatan tidak mengarah pada pabrik insulin: pankreas.
Tapi kini, para peneliti sudah mengalihkan perhatian pada si pembuat hormon yang dapat mengubah gula darah menjadi energi. Salah satunya yang dilakukan peneliti University of California (UC) San Diego School of Medicine, Amerika Serikat.
Mereka menemukan bahwa sebenarnya sel beta pada pankreas bisa melakukan regenerasi sehingga sel-sel beta yang rusak bisa digantikan dengan baru. Sel beta adalah sel pada pankreas yang berfungsi memantau kadar gula dan dan memproduksi insulin. Adapun insulin adalah hormon yang mengubah gula darah menjadi energi. Hasil studinya dimuat dalam Jurnal Cell Metabolism, edisi 2 Mei lalu.
“Jika kami dapat membuat obat yang membuat sel beta tumbuh kembali, ini bakal dapat menormalkan level gula darah pada pasien diabetes,” ujar Profesor Maike Sander, Dokter dari Departemen Anak dan Kedokteran Seluler dan Molekuler di universitas tersebut. Dengan menstimulasi sel beta agar tumbuh kembali, maka akan mempermudah dokter melakukan intervensi dalam menangani diabetes.
Menurut Sander, sel beta untuk pengendalian gula darah yang tepat sudah terbentuk pada masa awal kelahiran. Regenerasi terus terjadi hingga dewasa. “Tapi isyarat ekstrinsik dan sinyal intraselular yang menyebabkan penurunan ini tidak diketahui,” katanya.

Dalam studinya, Sander dan rekannya mengindentifikasi sel-sel beta pada bayi yang baru lahir di laboratorium. Dengan melakukan sekuens asam ribo nukleus (RNA), tim periset dapat menemukan profil gambaran molekuler dan aktivitas sel-sel beta masing-masing.
Di situ mereka mendapati hasil bahwa ada dua jenis sel beta, yaitu sel beta yang membelah diri dan sel beta yang tidak membelah diri. Peneliti sebelumnya tidak mengamati kalau ada sel beta yang aktif dan tersembunyi dalam pankreas. “Selama ini, tidak ada seorang yang bisa menganalisanya, karena 1 persen kurang sel beta yang membelah tertutup oleh 99 persen sel beta yang tidak membelah,” ujar Sander.
Sander juga menemukan aktivitas metabolik dari sel beta yang belum matang namun peranannya sangat tinggi, terutama pemberi oksigen, yang mendorong tumbuhnya sel-sel beta. “Perubahan kondisi pada sel beta akan membuka jalan bagi identifikasi target terapi dengan regenerasi sel,” imbuhnya.

Riset terhadap sel beta belakangan ini gencar dilakukan para ilmuwan. Bulan lalu, periset pada Mark Huising, gurubesa neurobiologi, fisiologi, dan perilaku pada UC Davis College of Biological Sciences, juga membuat temuan yang mirip dengan riset Sander.
Ia dan koleganya bekerja di laboratorium dan mencobanya pada tikus dan jaringan tubuh manusia. Di situ Huising menemukan bahwa ada sel baru yang dikeluarkan sel beta lain yang membelah. Sel baru tersebut kelihatannya mirip dengan sel beta yang belum matang. Ia pun dapat membuat insulin, namun tidak punya reseptor untuk mendeteksi jika terjadi peningkatan kadar gula darah.
Riset Huising juga mendapati sel alfa yang sebenarnya membuat glucagon, hormon yang menaikkan gula darah, bisa berubah menjadi sel beta yang belum matang, dan pada gilirannya berubah jadi sel beta yang matang. “Banyak hal yang berubah dalam sistem ini yang sebelumnya tidak terpikirkan,” katanya.
Penelitian tersebut tentu memberikan angin segar pada industri farmasi. Andaikata sudah terbukti secara klinis, mereka akan membuat obat untuk regenerasi sel beta. Selama ini obat diabetes hanya berfungsi menggantikan peran pankreas yang sel-selnya sudah tidak bisa melakukan regenerasi. Obat itu antara lain, insulin dan obat menurunkan kadar gula darah.
Sejauh ini jumlah penderita kencing manis terus meningkat. Data International Diabetes Federation (IDF) 2015 memaparkan bahwa jumlah penderita diabetes berjumlah 415 juta orang. Angka itu diperkirakan terus meningkat, hingga pada tahun 2040 akan membengkak jadi 642 juta orang.
Sedangkan jumlah penderita diabetes di Indonesia ditaksir sebanyak 10 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Indonesia menempati posisi ketujuh dari 10 negara dengan penyandang diabetes terbesar di dunia. Sementara itu menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, tingkat prevalensi diabetisi sebesar 6,8% di Indonesia.

Helmy K

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *