Syed Farid Alatas: Dunia Akademik Masih Bergantung ke Barat

by
Ganda Upaya (kiri), moderator Richie (tengah) dan Prof Syed Farid Alatas (kanan). Foto: Eveline/Warta Pilihan

Wartapilihan.com, Depok – Syed Farid Alatas, Profesor bidang Sosiologi, menjelaskan selama ini dunia akademik berada pada masalah orientalisme dan kebergantungan akademis.

“Walaupun kita sudah bebas dari politik jajahan, tapi dalam budaya dan ilmu masih bergantung pada gagasan dan teori pada mereka,” ujar Syed Farid di Gedung Auditorium Komunikasi, Universitas Indonesia, Jum’at Sore (24/02).

Profesor dari National University of Singapore (NUS) menawarkan solusi untuk mengatasi kebergantungan akademis ini, yakni dengan cara menggabungkan antara pemikiran Barat dengan Timur sehingga lebih kontekstual.

“Pada waktu yang sama untuk mengatasi masalah kebergantungan akademis, kita mestinya menggabungkan apa yang ada di barat dengan tradisi pemikiran kita,” ujarnya.

“Kita mesti melatih mahasiswa kita sehingga mereka dapat menggabungkan berbagai konsep,” lanjutnya.

Prof Syed Farid Alatas merilis bukunya “Ibnu Khaldun: Biografi Intelektual dan Pemikiran Sang Pelopor Sosiologi” dan melakukan berbagai diskusi dan seminar pada beberapa kota besar di Indonesia yang disponsori oleh Penerbit Mizan. Buku ini menjelaskan mengenai teori-teori yang dipelopori oleh Ibnu Khaldun sebagai ilmuwan sosial muslim yang selama ini terlupakan dalam ranah Teori Sosiologi Klasik.

Pemikirannya yang sangat cemerlang telah mengeluarkan Magnum Opus “Al-Mukaddimah” sebagai karya yang fenomenal hingga saat ini. Syed Farid Alatas berupaya untuk menampilkan kembali ke permukaan akademik untuk melihat konsep-konsep yang dipaparkan oleh Ibnu Khaldun pada masanya, seperti konsep Ashobiyah (Kesukuan), dan juga metode Istilahah (melihat berdasarkan fakta, bukan sekedar perawi).

Drs. Ganda Upaya, MA, Dosen Sosiologi Universitas Indonesia merekomendasikan buku ini untuk dibaca karena tulisannya yang menarik dan penting dibaca sebagai pengantar bacaan “Al-Mukaddimah” yang sangat tebal.

“Tulisannya sangat mengalir. Sangat cocok sebagai pengantar magnum opus Ibnu Khaldun Al-Mukadimah,” ujar Dosen Sosiologi FISIP Universitas Indonesia ini.

Ganda juga menjelaskan beberapa pemikiran Ibnu Khaldun mengenai lima fase dalam suatu negara (pada konteks itu kerajaan), yaitu fase (1) penaklukkan terhadap negara, (2) kemewahan yang dialami para politisi, (3) pembentukan struktur negara, (4) negara mulai tumbang, dan (5) negara diganti menjadi kekuasaan baru.

Menurut Ganda, Sosiologi khaldunian dapat dilambungkan kembali sebagai upaya untuk keluar dari Eurosentris (berpusat pada Eropa, red).

“Kita punya langkah untuk bisa menerapkan pemikiran dari manapun, dari luar barat agar bisa berkembang,” papar Ganda. |

Reporter: Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *