Sepotong cerita di perjalanan

by

Di angkutan rakyat yang sederhana. Belum tersentuh AC dan kursi empuk. Bersama penumpang yang baru balik dari pasar setelah seharian bekerja.

Setiap rupiah yang didapat sangat berarti sekali. Rutinitas yang lebih mengandalkan fisik walapun usia mereka sudah tidak muda lagi.

Diamnya mereka adalah cerita kepasrahan pada hidup yang dijalani. Bicaranya mereka adalah ucapan apa adanya tanpa rekayasa. Hidup yang keras itu bukan cerita tetapi memang sesungguhnya.

Panas terik dan hujan lebat adalah hal yang disikapi dengan tanpa kecewa dan marah-marah pada Tuhan. Panas terik cukup dihadapi dengan sebotol air mineral yang masih tersisa. Hujan lebat cukup berhenti mencari tempat berteduh tanpa mengeluh.

Miskin itu apa? Jangan tanyakan kepada mereka, karena hari ini bila mereka masih diberikan hidup dan bisa makan seadanya itu sudah cukup. Cukup itu apa? Cukup itu….cukup itu menerima tanpa mengeluh.

Apakah  mereka (hanya) pasrah? kalau hal itu kamu tanyakan kepada mereka maka mereka akan bertanya balik kepada kita, “Tahu apa kamu tentang pasrah? ” dan kita hanya terdiam saja.

Agus Susilo JP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *