Adab, kitab dan silat. Itulah jargon pesantren Shoul-Lin yang bertempat di daerah Cilodong, Depok, Jawa Barat. Pesantren yang telah berdiri sejak tahun 2013 ini terbilang unik tidak hanya karena silat Syufu-nya, tapi juga bervisi melahirkan manusia-manusia yang beradab.
Wartapilihan.com, Jakarta –Jalur non-formal dapat jadi pilihan bagi para orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi pengabdi agama, juga bagi nusa dan bangsa dengan cara pendidikan yang unik dan spesifik.
Di pesantren At-Taqwa yang sering disebut Pesantren Shoul-Lin, kurikulum berbasis adab dijadikan inti bagi pendidikan anak-anak yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Salah satu penyusun kurikulum pendidikan sekaligus pendidik di pesantren tersebut, M Ardiansyah menjelaskan, kurikulum berbasis adab ini menjadi inti karena adab merupakan hal yang sangat penting sebelum membangun semua hal, seperti kedisiplinan maupun keteladanan.
“Tujuan pendidikan adalah melahirkan manusia yang beradab. Agar anak memiliki pemahaman yang baik, maka adab menjadi fokus kita,” tutur Ustadz Ardiansyah, kepada Warta Pilihan.
Adab, kitab dan silat menjadi ilmu yang fardhu ‘ain dalam Pondok Pesantren ini. Mengenai kitab, ia menjelaskan hal yang diulas merupakan kitab para ulama, baik yang terdahulu maupun temporer.
Kitab para ulama diajarkan untuk memberikan pemahaman yang baik bagaimana Islam dan bagaimana menyikapi masalah dengan merujuk berbagai ulama baik yang klasik maupun modern. “Otoritas ulama harus kita kenal, maka kita awali dengan pelajaran bahasa Arab, agar bisa mengakses karya ulama. Juga kitab ulama-ulama Melayu,” papar dia.
Hal yang membuat pesantren ini unik ialah silat, yang jarang dimiliki pesantren lainnya. Lelaki yang sedang studi doktoral di Universitas Ibnu Khaldun ini menegaskan, silat dimasukkan ke dalam kurikulum inti karena fisik harus sehat sekaligus dapat menanamkan kedisiplinan.
“Jangan sampai umat Islam lemah, karena Nabi Muhammad sangat suka tubuh yang kuat. Dan juga siap melakukan kegiatan yang harus dilakukan, siap merespon segala hal bukan hanya akal, keilmuan, tapi juga ketika fisik dibutuhkan dalam kebaikan mereka juga bisa,” tukas Ardiansyah.
Adab, menurut Ardiansyah merupakan usaha para pendidik yang harus ditanamkan sejak kecil. Pendidikan, ia menegaskan, bukan hanya sebatas teori, melainkan butuh perjuangan. “Kita harus terus bermujahadah, evaluasi, setiap pelajaran kita usahakan mengedepankan nilai adab, lewat nasihat, hikmah, dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Adapun keteladanan juga hal yang paling penting. Dalam proses pendidikan, ia menerangkan, guru merupakan sentral, bukan hanya mengajar tapi juga memberi contoh. “Karena nabi Muhammad juga demikian, menjadi uswah bagi sahabat.”
Hingga saat ini jumlah guru di pesantren Shoul-Lin ini terdapat 15 lebih dengan total murid 48 orang, atau sekitar satu berbanding tiga. Ia mengatakan, santri yang direkrut memang cenderung sedikit agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas, sehingga menghasilkan manusia yang berkualitas pula.
Eveline Ramadhini