Momo Challenge Bahaya untuk Kesehatan Mental

by
Foto: linisehat.com.

Belakangan tengah viral berita tentang permainan Momo Challenge yang membuat beberapa remaja di berbagai belahan dunia melakukan aksi bunuh diri.

Wartapilihan.com, Jakarta — Sebelumnya, sempat ada Kiki Challenge yang juga membahayakan pengendara mobil karena harus melakukan aksi berdansa ketika mobil tengah berjalan. Belum selesai tantangan tersebut, kini terjadi permainan yang menjadi penyebab gangguan kesehatan mental dan meningkatnya kasus bunuh diri, khususnya di Argentina, Meksiko, Amerika Serikat, Prancis dan Jerman.

Salah satu contoh, seorang gadis 12 tahun melakukan gantung diri di halaman belakang rumahnya, yang ada di Argentina. Ponsel miliknya ia gunakan untuk aksi bunuh diri

Tantangan ini menggunakan fitur chat di aplikasi WhatsApp yang awalnya dibuatkan akun grup Facebook. Hal ini bertujuan untuk menantang orang berkomunikasi dengan Momo.

Dilansir dari klikdokter.com, setelah menyapa Momo lewat WhatsApp, partisipan akan diberikan tantangan demi tantangan yang cenderung menyakiti diri. Setelah melakukan 49 tantangan, sebagai tantangan terakhir, partisipan akan diminta melakukan percobaan bunuh diri yang direkam dan dikirimkan kepada Momo.

Menurut Unit Investigasi Komputer di Tabasco, Meksiko, permainan ini menyasar anak-anak golongan remaja yang dinilai masih labil dan memberikan informasi lengkap di akun media sosialnya.

Ketika mereka menolak tantangan Momo dan mendapat ancaman, mereka pun akhirnya mematuhi perintah permainan agar ingin cepat lepas dari segala bentuk gangguan yang diberikan.

Jika dilihat dari polanya, pelaku membuat permainan ini dengan tujuan untuk mencuri informasi pribadi, menghasut bunuh diri atau melakukan kekerasan, memeras, hingga menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan insomnia.

Mengapa Remaja jadi Sasaran?

dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, dari KlikDokter mengatakan, secara psikologis, anak yang berusia 10 hingga 17 tahun senang meniru dan mengikuti hal yang menurut dirinya keren.

“Dengan mengikuti permainan ini dan memperlihatkan kehebatannya telah menyelesaikan tantangan, remaja merasa keren. Apalagi, saat permainan ini semakin viral di media sosial, anak usia remaja bisa saja semakin tertantang untuk mencobanya,” kata Resthie.

Agar terhindar dari bahaya mengikuti permainan berbahaya, ia menghimbau agar orang tua harus waspada dan mampu mencegah anak untuk mencoba permainan seperti ini.

Ditambahkan oleh dr. Sepriani Timurtini Limbong, penggunaan media sosial diibaratkan seperti sebilah pedang, ada sisi positif dan negatifnya.

“Media sosial memang dapat menjadi perantara untuk berbagi kabar dengan teman atau keluarga. Namun, di balik itu semua, penggunaan media sosial yang tidak tepat dan berlebihan dapat berakibat buruk bagikesehatan mental maupun fisik,” jelasnya.

Sebuah survei menyatakan bahwa penggunaan media sosial secara umum dapat mengakibatkan gangguan tidur, gangguan cemas, hingga depresi. Jadi, semakin banyak waktu yang digunakan untuk mengakses media sosial, maka risiko depresi juga akan semakin tinggi.

Karena itu, agar anak tetap dapat mendapatkan manfaat dari penggunaan media sosial dan terhindar dari bahaya mengikuti permainan seperti Momo Challenge, dr. Sepri menyarankan agar para orang tua untuk memberi anak pengarahan tentang cara untuk menangani ajakan yang tidak baik.

“Akan lebih baik bila orang tua tetap memantau jalur komunikasi anak. Jika ada komunikasi yang tidak sesuai, block akun yang mengganggu dan buat perjanjian durasi penggunaan gawai dengan anak,” tambah dr. Sepri.

Apabila telah dibuat jadwal penggunaan gawai, saat anak tidak sedang menggunakannya, orang tua bisa turut memantau aktivitas anak di media sosial. Dengan demikian, anak terhindar dari dampak negatif teknologi.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *