Kondisi inilah yang menyebabkan metamorfosa makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented).
Pada 4 Desember 2019, hasil Programme for International Student Assessment ( PISA) untuk Indonesia tahun 2018 telah diumumkan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Pengukuran PISA bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi.
Pengukuran PISA itu melibatkan 12.098 peserta didik dari 399 sekolah di beberapa wilayah Indonesia yang dianggap mewakili. Tes PISA 2018 mulai beralih dari penilaian berbasis kertas menjadi berbasis komputer. Domain yang diukur adalah membaca, selain itu dilakukan juga penilaian matematika, sains, literasi keuangan, kompetensi global.
Hasilnya, kemampuan baca siswa Indonesia berada dalam kelompok kurang bersama dengan negara-negara seperti Saudi Arabia, Maroko, Kosovo, Republik Dominika, atau Kazakhstan dan Filipina. Bila rerata kemampuan baca negara-negara OECD berada di angka 487, skor Indonesia berada di skor 371. Peringkat pertama diraih China (skor 555), kemudian diikuti Singapura (549) dan Makau (525).
Skor matematika dan sains di bawah rata-rata. Rerata skor PISA negara anggota OECD untuk matematika dan sains 489. Pada 2018 skor PISA Indonesia untuk matematika berkisar di angka 379 dan sains di skor 396.
Indonesia mengalami tren penurunan kemampuan. Sejak mengikuti penilaian PISA sejak tahun 2000 untuk literasi baca, matematika, dan sains, skor kemampuan baca dan matematika justru mengalami penurunan untuk literasi baca dan matematika.
Hasil PISA 2018 menjadi alarm dini untuk melakukan perubahan paradigma pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hasil tes PISA untuk Indonesia, OECD memaparkan masih belum meratanya kemampuan baca, matematika, dan sains.
Untuk turut menanggulangi masalah tersebut, dosen Universitas Pamulang (Unpam) Tangerang Selatan (Tangsel) Arif Surahman dkk melakukan Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berupa penyuluhan guru dengan tema “Mengajar Dengan Metode Motimorfosis”.
‘’Kegiatan PKM dilaksanakan pada 23-25 Desember 2019 di SMP Negeri 83 Jelambar, Kec Grogol Petamburan, Jakarta Barat,’’ tutur Angga Rovita, ketua panitia Pengabdian Kepada Masyarakat Unpam.
Selain Angga dan Surahman, Tim PKM Unpam terdiri Dosen-dosen Program Studi Manajemen yakni Syarifah Ida Farida, Surasni, Teguh Yowono, dan Acmad Sumali. Mereka dibantu lima mahasiswa Unpam.
Tim PKM Unpam menyuntikkan pemahaman agar guru tidak sekadar mentransfer ilmu mata pelajarannya kepada siswa. Tapi, guru juga sebagai motivator bagi siswa agar memiliki orientasi dalam belajar. Guru harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang terdapat pada siswanya serta mengarahkan agar mereka dapat memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat, sehingga siswa dapat belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
Kondisi inilah yang menyebabkan metamorfosa makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented).
Kepala Sekola SMP Negeri 83 Jelambar, Hj Nurul Huda, membenarkan bahwa guru perlu memahami dan menyesuaikan diri bagaimana cara mengajar yang sesuai dengan kebutuhan zaman. ‘’Guru abad ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang tepat untuk mengajar siswa era milenial,’’ katanya sambil tersenyum.
Melalui pnyuluhan seperti ini, ia berharap kemampuan para guru lebih meningkat lagi.