Wartapilihan.com, Jakarta – Film sebagai media hiburan kini tak asing mengangkat nilai maupun identitas Islam. Animo masyarakat terhadap kehadiran film-film Islam membuat beberapa produser mencoba mengangkat genre film ini. Film dapat dijadikan sarana untuk melakukan transformasi nilai-nilai luhur Islam.
Direktur Halal LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menuturkan, film di Indonesia mau tidak mau terikat dengan industri komersial. “Ketika film sebagai industri mau masukin nilai, susah. Film Warkop industrinya tinggi karena disana pornografinya tinggi,” ujarnya saat workshop film Islami ASEAN di Kementerian Agama, Sabtu (25/3).
Ia tidak menampik, target film Warkop adalah untuk menggeser kelompok-kelompok fundamental. Menurutnya, ada dua audiens perfilman. Pertama, audiens budaya atau kultural. Kedua, audiens sekulerisme, liberalisme dan pluralisme (Sepilis).
“Kelompok ini sedikit (Sepilis, red), tetapi gerakannya luar biasa. Kelompok ini menuangkan nilai-nilai sekularisme, pluralisme dan liberalisme ke dalam film. Ada beberapa film yang menampilkan simbol-simbol Islam tetapi substansinya adalah pengikisan nilai-nilai Islam,” terangnya.
Lebih lanjut, ia memberikan 4 lingkup yang bisa dikawal dalam film sesuai nilai-nilai Islam. Pertama, fashion, tidak menggambarkan lekuk tubuh contohnya. Kedua, life style. Topiknya Islami, gaya hidupnya yang terlalu borjuis, tidak peduli terhadap fakir miskin dan lain sebagainya sering ia dapatkan di beberapa film.
“Ini yang sering kita temukan di beberapa film, saya tidak mau sebut judulnya. Film hiburan pun harus kita hitung keberpihakan terhadap keluhuran Islam, budaya dan adab. Keberpihakan itu harus. Penolakan terhadap nilai-nilai destruktif merupakan keniscayaan. Gaya hidup masyarakat menggambarkan film yang sering ditontonnya,” Lukman menjelaskan.
Ketiga, produk halal. Konsumsi waktu makannya. Seperti saat masuk ke suatu restoran. Keempat, wisata halal. “Kalaupun dia tempat yang vulgar seperti pantai, maka kita screening tempat-tempatnya. Syariah complients-nya (Kepatuhan Syariah) harus dihidupkan,” terangnya.
Terakhir, ia merekomendasikan dibuatkan GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Film). “GNPF-MUI bisa menghasilkan arus baru ekonomi umat Islam, kita juga bisa buat film yang tidak keluar dari koridor nilai-nilai keislaman,” pungkasnya.
Reporter: Ahmad Zuhdi