Kunci Kemenangan Anies Sandi

by

WARTAPILIHAN.COM, Jakarta – Di balik kemenangan pasangan calon (paslon) Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno selain pertolongan Allah SWT, tentu ada ikhtiar kolosal dari tim pemenangan mulai dari merangkul masyarakat sampai kepada peta politik memenangkan paslon. Salah satunya adalah Deputy CEO Polmark Indonesia, Eep Saefullah Fatah yang berhasil mengantarkan Anies Sandi menuju DKI-1 dengan strategi total football.

“Pemenangan adalah ikhtiar kolosal, bukan hanya satu orang atau kelompok sehingga akhirnya memahlawankan satu orang. Kunci kemenangan Anies Sandi bukan saya dapat di UI, bukan juga di Ohio tetapi di Madrasah Ibtidaiyah. Kuncinya yaitu Man aroda dunya fa’alaihi bil‘ilmi, Man arodal akhiroh fa’alaihi bil‘ilmi, Wa man aroda humaa fa’alaihi bil‘ilmi (siapa yang menginginkan dunia maka harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan akhirat maka denga ilmu, dan barang siapa yang ingin kedua-duanya maka harus dengan ilmu),” kata Eep dalam seminar Politik Islam di Universitas Paramadina, Jakarta pada Sabtu (20/5).

Selain itu, ia menampik kemenangan Anies Sandi karena melakukan politisasi masjid dan eksploitasi SARA. Justru kata Eep, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok lah yang melakukan kesalahan terbesar yaitu mengeksploitasi agama dan menciptakan Islamophobia.

“Saya ingin mengatakan bahwa juru kampanye kita adalah Pak Ahok sendiri, karena dia telah menyentuh sensitifitas umat Islam sebagai mayoritas dengan kasus Al Maidah 51. Tidak ada kaitan kegiatan kampanye kita karena dilakukan di masjid, tetapi karena keterbatasan tempat -aula- seperti di Cilincing beberapa waktu lalu,” terang pengajar public speaking/broadcast journalism ini.

Hal yang berbahaya saat ini pasca Pilkada, jelas Eep yaitu mitologisasi yang sedang di bangun oleh Ahok seperti yang terjadi pada orde baru tahun 1980, dimana Soeharto menyamakan dirinya dengan Pancasila. Siapa yang bertentangan dengan Soeharto berarti bertentangan dengan Pancasila.

“Sekarang ini kan sedang di bangun opini yang tidak suka kepada Ahok anti NKRI, kontra Ahok berarti anti kebhinekaan, loh kok bisa begini? Ini sangat berbahaya tentunya untuk kehidupan kemajemukan di Indonesia khususnya Jakarta. Setiap orang harus melihat realitas dan kebenaran Pilkada, tentu sebelum maju harus siap dengan itu semua,” tandas pemilik Abuella Cafe ini.

Hal senada disampaikan mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia, Ferry Mursyid Baldan, bahwa missi politik seorang musim harus Rahmatan lil Aa’lamiin, melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar dan fastabiqul khairat.

“Kesedihan saya hari ini banyak politisi larut dalam medsos(media sosial) padahal membangun etos berbangsa, menghadirkan keadilan dan berjuang untuk kemaslahatan bersama adalah bagian dari kontribusi politik. Namun, yang terpenting dari itu semua adalah ikhtiyar (berusaha) menjadikan aktivitas politik sebagai ibadah,” ujar Ferry.

Lebih lanjut, anggota Komisi II DPR periode 2004-2009 ini menjelaskan bagaimana konsep bernegara dalam perspektif politisi Islam. Pertama, memandang konsep masjid bukan hanya tempat ibadah tetapi juga seorang manusia akan mendapatkan komunikasi transendental dengan Allah SWT.

“Kedua, makna shalat berjamaah. Ada dua hikmah di dalamnya yaitu soal kepemimpinan dan loyalitas. Selain faktor usia dan kapasitas, ada juga asas kepantasan begitu pun dalam kontestasi politik. Usia politik yang matang menjadi penentu politisi mengambil kebijakan dengan pertimbangan asas kemaslahatan,” imbuhnya.

Ketiga, konsep zakat. Amanah yang sedang diemban oleh seorang politisi harus memiliki manfaat sosial dan digunakan untuk kebaikan politik yang dikenal dengan political well.

Reporter: Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *