Kemasan Plastik untuk Daging Qurban

by

Sertifikasi halal pada suatu produk diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang berlaku mulai 2019.  Alhamdulillah, sudah banyak produk di luar perkiraan yang telah mendapat sertifikat halal. Misalnya kain kerudung, kulkas, dan plastik, juga makanan kucing, detergen, dan sebagainya.

Plastik yang beredar di pasaran sudah beberapa yang bersertifikat halal. Selain faktor cemaran babi, titik kritis plastik adalah dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Dalam proses produksinya, plastik mengandung bahan aditif, seperti slip agent, rubricant oil, atau plastic color masterbatch (pewarna) yang rata-rata masih terbuat dari animal base, seperti sapi atau babi. Ini yang jadi masalah.

Faktor kesehatan menjadi masalah berikutnya. Jenis plastik beraneka ragam. Ada Poli Etilen, Poli Propilen, Poli Vinil Chlorida, Vinylidene Chloride Resin, dan sebagainya. Masing-masing memiliki tingkat bahaya berbeda, tergantung dari material plastik, jenis makanan yang dibungkus, lama kontak antara makanan dengan plastik, volume kemasan plastik, dan suhu makanan atau ruang penyimpan.

Yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Poli Etilen yang tampak bening, dan Poli Propilen yang lebih lembut dan agak tebal.

Poli Vinil Chlorida (PVC) biasanya dipakai untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan transparan. Ingat iklan paralon (pipa plastic) berbahan PVC yang tetap utuh meski diinjak-injak gajah? Nah, coba bayangkan bila unsur-unsur zat itu masuk ke tubuh melalui kemasan makanan dari bahan plastik. Tentu saja sistem pencernaan kita sulit mencernanya.

Plastik tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan-bahan pembentuk plastik). Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).

Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, Poli Stiren dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Poli Vynil Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin juga merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.

Bahaya Plastik

Plastik tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan-bahan pembentuk plastik). Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).

Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, Poli Stiren dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Poli Vynil Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin juga merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.

Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer.

Dr Eng Agus Haryono, peneliti bidang teknologi proses dan katalisis Puslit Kimia LIPI menjelaskan, banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa mengontaminasi makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik akan bermigrasi ke makanan.

Agus yang khusus meneliti plastik dan styrofoam hingga meraih gelar S3 ini menjelaskan, bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong kresek, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula.

Belum lagi, kantong kresek ini mengandung DOP (Dioktilfalat) serta logam berat Zn (seng) yang biasanya ditambahkan pabrik plastik sebagai bahan stabilizer untuk plastik. Selain efisien, DOP juga memberikan viskositas yang stabil pada saat aplikasinya pada PVC. Lebih dari itu, harga DOP paling murah di antara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena proses sintesanya sederhana dan bahan baku industri petrokimia ini juga melimpah.

Namun, ungkap Agus, pemakaian DOP, terutama aplikasinya pada food-drug packaging (kemasan makanan dan obat-obatan) atau mainan anak-anak mulai dipermasalahkan. Karena migrasi senyawa aromatik dari PVC yang masuk ke dalam tubuh amat membahayakan kesehatan manusia.

Ancaman terhadap kesehatan lainnya datang dari kantong plastik berwarna-warni. Menurut Agus, masalahnya adalah seringkali tidak diketahui bahan pewarna yang digunakan. “Memang ada pewarna food grade untuk kantong plastik yang aman untuk makanan. Tetapi di Indonesia jarang ditemukan hal yang demikian. Biasanya produsen di sini menggunakan pewarna nonfood grade.’’

Styrofoam

Ia masih tergolong “keluarga” plastik karena terbuat dari Poli Stiren yang ‘’ditiup’’ dengan gas chlorofluorocarbon (CFC). Polistiren merupakan jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan tersebut cepat rapuh. Karenanya, ia lalu dicampuri seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena, atau n butyl stearat.

Pengemas styrofoam sejak tahun 1971 dinyatakan aman. Hal itu berdasarkan hasil penelitian dari berbagai lembaga riset dunia seperti Hungtinton Research Center di Inggris, Japan Food Research Laboratories (1974), TNO Nutrition and Food Institute (1988), Zeis, The Netherland Project Research No. 481064, Japan Food Analysis Center (1998).

Di Jepang, menurut data Japan Convenience Food Association, diproduksi 2,965 miliar mie instan dalam mangkuk styrofoam tahun 1999. Angka ini lebih tinggi 6,8 persen dari tahun 1998. Dari jumlah itu lebih dari 86 juta mangkuk diekspor ke mancanegara.

Tapi, dalam perkembangan penelitian-penelitian berikutnya menunjukkan hasil lain. Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi. Padahal, salah satu kelebihan styrofoam yang banyak diambil manfaatnya adalah kemampuannya menahan panas. Styren, bahan dasar styrofoam, bersifat larut lemak dan alkohol. Ini berarti, kata Prof.Dr.Hj. Aisjah Girindra, ahli biokimia pada Lab Biokimia FMIPA IPB, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini.

Pada Mei 1998 misalnya, Environment Agency dari Tokyo mengumumkan daftar subtansi yang berpotensi sebagai indocrine disruptor termasuk styren dimer dan styren trimer.

Hasil penelitian ilmiah terkini mengenai bahaya dimer dan trimer styrofoam diungkapkan Kenichi Oyama dari The Food Safety Division of Sanitation Bureau Living Environment Department di Tokyo pada Juli 2001. Ia mengumumkan hasil uji in-vitro dari dimer dan trimer styren, bahwa telah terjadi poliferasi sel kanker payudara pada enam dari 11 tabung uji yang mana styren dimer dan styren trimer dicampur dengan sel kanker payudara manusia.

Tanggal 3 Juli 2001 untuk pertama kali Hiroshi Hattori wakil Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahaya residu styrofoam dalam makanan. Secara ilmiah, styren dimer dan styren trimer terbukti dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC).

EDC adalah penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi pada manusia yang disebabkan oleh bahan kimia yang bersifat karsinogen dalam makanan.

Dari hasil survei di AS tahun 1986, 100 persen jaringan lemak orang Amerika mengandung stiren yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun berikut, kandungan stiren sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75 persen ASI mengalami kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi ibu yang menggunakan wadah styrofoam.

Pada ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta. Dampak jangka panjang dari menumpuknya stiren di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia. Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian stiren juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi stiren juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.

Tips Aman Bungkus Plastik

  • Usahakan menghindari air minum dalam kemasan yang terpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas.
  • Hindari menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas.
  • Sayur bersantan, susu, buah-buahan yang mengandung asam organik, sebaiknya tidak dibungkus plastik. Memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin. Plastik ini boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas.
  • Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman. Semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah ke makanan.
  • Kalau menggunakan wadah styrofoam, sebaiknya makanan dimasukkan lebih dulu ke dalam wadah tahan panas lainnya dan dijaga agar tidak berkontak langsung dengan styrofoam. Atau, kalau tidak menggunakan pelapis, masukkan makanan ketika sudah dingin.
  • Usahakan memilih makanan tradisional yang dikukus dengan kemasan daun, bukan plastik seperti lemper, lontong kue lupis dan sejenisnya.
  • Sebagai alternatif plastik, gunakan bahan-bahan yang aman seperti daun pisang, alumunium foil, atau wadah tahan panas lain yang aman.

Kresek Pembungkus Daging

Jangan gunakan kantong pembungkus/kemasan/kresek berwarna selain putih. Sebab, kantong kresek hitam mengandung zat aditif karsinogenik (memicu kanker) antara lain: Ester ftalat, Ester adipat (DEHA) yang mengandung zat kimia pelentur atau plasticizer, aat pewarna berupa senyawa krom (Cr), dan TiO2 (titan diokside), zat stabilizer seperti Plumbum (Pb), Cd (Cadmium), Zn (Zeng), Sn (CH3)3 dan ESBO, anti oksidan (BHT, DLTDP, Tris (2-4-ditert-butil fenil) fosfat ester, anti blok seperti gliserol stearat, SiO2, katalis (Sb2O3), dan antistatic berupa BEA. Selain itu juga mengandung hasil degradasi plastik berupa formaldehide dari urea formaldehide dan melamine formaldehide.

Zat-zat kimia berbahaya tersebut dapat lepas, terurai, dan menempel/terserap ke dalam makanan, terutama yang mengandung alkohol atau berminyak/berlemak seperti daging hewan qurban. Apalagi bila plastik kreseknya merupakan produk daur ulang.

Pakar food packaging Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Dr. Ir. Endy Triyannanto, S.Pt.,M.Eng, IPM mengatakan sebaiknya masyarakat memilih plastik berperekat yang jauh lebih praktis dan aman. Tak hanya sisi keamanan daging, penggunaan plastik berperekat menurut dia juga membuat kemasan daging lebih menarik pun dengan adanya pelabelan.

Kantong plastik berperekat merupakan pilihan yang aman, praktis, terjangkau, dan terlihat lebih menarik. Dengan perekat, daging dapat terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari, debu dan resiko tumpah saat didistribusikan. Plastik PA/PE dan mesin sealer juga mudah didapatkan di pasaran.

Terkait pelabelan, hal tersebut agar kemasan daging memberikan informasi detail pada penerima baik nama masjid penyalur daging kurban, jenis daging, berat daging, dan saran penyimpanan. “Informasi ini akan sangat membantu masyarakat, meningkatkan fungsi kemasan, serta membantu memberikan informasi produk dalam kemasan” ujar dosen lulusan Gangneung-Wonju National University tersebut.

Perlu diketahui angka dalam plastik memiliki makna tersebdiri yakni 1 (PET) berarti Polyethylene Terephthalate, angka 2 (HDPE) berarti High-density Polyethylene, angka 3 (PVC) berarti Polyvinyl Chloride, angka 4 (LDPE) berarti Low Density Polyethylene, angka 5 (PP) berartiPolypropylene, angka 6 (PS) berarti Polystyrene, dan angka 7 (Other) berarti plastik kombinasi atau dari bahan plastik lain.

Daging dan Jeroan Jangan Dicampur

Jeroan mengandung banyak bakteri dan rawan bibit penyakit. Karena itu, agar tak mencemari bagian daging karkas, harus dipisah dalam kantong yang berbeda.

Sebelum dimasak, usahakan daging dan jeroan tidak dibiarkan tersimpan pada suhu ruang/kamar (25-300C) lebih dari 4 jam. Daging dan jeroan harus disimpan pada lemari pendingin (suhu di bawah 40C) atau dibekukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *