“Siapa yang membaca kalimat-kalimat ini di waktu pagi maka tidak akan terkena musibah sepanjang hari hingga sore dan siapa yang membacanya di waktu sore maka tidak akan terkena musibah hingga pagi.”

Kebakaran lahan secara masif tahun ini masih terjadi. Meski belum ada data resmi, saya menduga kebakaran lahan tahun ini lebih besar dr tahun-tahun sebelumnya. Sebab, di awal tahun oleh badan meteorologi AS sudah diumumkan akan terjadi gejala Elnino (kekeringan) selama beberapa tahun ke depan. Kebakaran hebat hutan Amazon di AS beberapa waktu lalu sebenarnya sudah merupakan suatu tanda.
Bagi kita sebagai muslim, menyikapi kebakaran tentu berdasarkan konsep, paradigma, mindset, keyakinan, cara pandang atau worldview tertentu, yakni worldview Islami dan bukan sekuler.
Alam semesta, termasuk bumi kita, adalah suatu tanda (ayat, alamat). Sebagaimana alamat rumah menunjuk pada keberadaan rumah, alam semesta menunjuk kepada Sesuatu, yaitu Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Semua yang terjadi di alam raya, termasuk kebakaran lahan, pasti atas kehendak-Nya. Konsep ini yang diyakini oleh seorang muslim.
Kita tahu kebakaran lahan susah dikendalikan. Para pemilik dan pengelola perusahaan tiap tahun selalu ada yang masuk penjara. Demikian pula masyarakat awam. Namun kalau kita ke lapangan, puntung rokok yang dilempar perokok ke semak-semak saja bisa menimbulkan api dan kemudian membakar lahan ribuan hektar (ha). Setahu saya, sejak beberapa thn terakhir sosialisasi soal kebakaran lahan dan penegakan hukum sudah berjalan. Tapi coba bayangkan, kebakaran lahan ribuan ha itu bagaimana cara memadamkannya. Jangan bayangkan kebakaran seperti di Kota Jakarta.
Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil. Namun bara api itu bisa “terbang” hingga 500 m sampai 1 km jauhnya. Pemerintah dan swasta sudah menyiapkan menara api, petugas pemantau, alat2 pemadam kebakaran manual maupun canggih, satelit pemantau hot spot dan fire spot, termasuk membuat kanal-kanal air agar api tidak merambat, terutama di lahan gambut. AS dan negara-negara Amerika latin yang lebih maju dari kita saja bertekuk lutut dengan kebakaran di hutan Amazon beberapa waktu lalu, bahkan sampai ada korban jiwa.
Oleh karena itu, selain tindakan preventif dan kuratif perlu dilakukan, tak kalah penting adalah kita menyadari bahwa apa yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Jika Ia tidak mengijinkan, maka kebakaran lahan tidak akan terjadi atau paling tidak, tidk akan meluas. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Masalahnya, apakah kita pernah meminta (dari awal) agar Ia menjaga kita dari kebakaran? Apakah kita dalam mengurus lahan perkebunan pernah melibatkan-Nya?
Maka, perhatikan hadits berikut ini. Suatu ketika ada beberapa orang berlarian mendatangi Abu Darda’ (sahabat Nabi saw) di pasar dan memberitahu bahwa rumahnya telah terbakar. Namun Abu Darda’ dengan santai tapi penuh keyakinan menjawab, “Tidak terbakar!” Orang-orang heran, padahal mereka baru dari “kompleks” tempat Abu Darda tinggal yang tengah dilalap api. Abu Darda’ berkata bahwa ia telah mendengar Rasulullah saw berkata:
“Siapa yang membaca kalimat-kalimat ini di waktu pagi maka tidak akan terkena musibah sepanjang hari hingga sore dan siapa yang membacanya di waktu sore maka tidak akan terkena musibah hingga pagi.”
Dan saya (Abu Darda’) telah membacanya pagi tadi.
Kemudian Abu Darda’ mengajak orang-orang melihat rumahnya, dan ternyata memang rumah itu dalam keadaan selamat sedang rumah yang ada di kanan dan kirinya telah terbakar.
Apa doa dan wirid yang diamalkan Abu Darda yang diajarkan Nabi kepadanya? Yakni:
Allahumma anta rabbi la ilaha illa anta ‘alayka tawakkaltu waa anta rabbul-‘arsyil ‘azhim. Ma sya-allahu kana wama lam yasya’lam yakun. Wala hawla wala quwwata illa billahil-‘aliyyil-‘azhim. A’lamu annallaha ‘ala kulli syai-in qadir . Waannallaha ‘ala qad ahatha bi kulli sya-in ‘ilma. Allahumma inni a’udzubika min syarri nafsi wa min kulli dabbatin anta akhidzun binashiyatiha,inna rabbi ‘ala shirathin mustaqim.
“Ya Allah,Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan melainkan Engkau. Kepada-Mu aku bertawakal. Dan Engkau adalah Tuhannya Arsy yang agung. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah, Yang Maha tinggi lagi Mahaagung. Aku mengetahui dengan yakin bahwasanya Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu . Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan dari kejahatan tiap-tiap makhluk yang melata (dibumi). Engkaulah yang mengendalikannya. Sesungguhnya Tuhanku selalu berada diatas jalan yanag lurus”.
Kita kaum beragama. Jangan seperti orang sekuler yang menolak keberadaan Tuhan di ranah ilmu pengetahuan. “Jangan bawa-bawa Tuhan dalam urusan kebakaran,” katanya. Segala upaya mereka lakukan dengan mengandalkan kekuatan diri dan teknologi namun dengan meninggalkan Tuhan. Kalau sudah pernah melihat kebakaran lahan ribuan ha (saya sudah beberapa kali), niscaya seorang muslim hanya bisa berkata, “Laa haula walaa quwwata illa billah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah.”
Tentu, jika ditemukan pembakar lahan -pribadi maupun korporat, segera proses hukum dan beri hukuman seberat-beratnya.
So, jangan pernah meninggalkan Tuhan, kapanpun dan di manapun, dalam keadaan apapun.