Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, apakah Indonesia juga sebagai produsen ekonomi halal dunia?
Wartapilihan.com, Jakarta – Industri halal kini tengah menjamur, melanda ekonomi global dan mengalami percepatan rata – rata 20% dengan estimasi 560 milyar dolar setiap tahunnya. Sebuah segmentasi pasar baru dengan pertumbuhan tercepat dunia.
Dengan cepatnya pertumbuhan ekonomi halal dunia, mulai muncul berbagai industri dan produsen untuk bersaing dan berlomba – lomba dalam ekonomi halal.
Dibangunnya sektor – sektor baru seperti produk kecantikan, gaya hidup, produk kesehatan, property, makanan dan yang terbaru adalah detergen dengan bersertifikat halal, membuka persaingan global untuk menjadi produsen halal yang menguasai pangsa pasar yang baru.
Muslim adalah pangsa pasar baru dalam segmentasi ekonomi halal di dunia. Persentase muslim 23% dari populasi dunia atau sekitar 1,8 miliyar dengan rata – rata pertumbuhan 3% per tahun merupakan pangsa pasar besar bagi para produsen. Pasar muslim di tahun 2019 diperkirakan mencapai US$ 3.735 Miliyar. Jika tren ini terus berlangsung diperkirakan pertumbuhan muslim akan mencapai 26% dari total 2,2 milyar di tahun 2030. Dua kawasan besar sebagai target market global adalah kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah dan Indonesia salah satu negara yang punya kekuatan pasar konsumsi besar di dunia.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia sekitar 88% dari penduduk 254 juta jiwa memiliki potensi besar sebagai produsen ekonomi halal. Namun pada realitanya, Indonesia baru menjadi target pasar dan konsumen terbesar.
Dalam Indeks Ekonomi Islam Global bersumber dari Global Islamic Report State of The Global Islamic Economy 2014 – 2015 Thomson Reuters – Dinar Standard yang dilansir Gatra, menyebutkan bahwa Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara dalam indikator ekonomi Islam. Namun Indonesia belum masuk dalam katagori negara produsen yang menguasai sektor halal dunia. Contohnya pada Sektor Makanan Halal, tiga negara teratas dalam produksi makanan halal adalah Malaysia, Uni Emirat Arab dan Australia. Pasar makanan halal US$ 1,292 Milyar atau 17,7% dari total pasar dunia di tahun 2013. Potensi makanan halal akan mencapai US$ 2,356 Milyar, pertumbuhannya sekitar 12% dari tahun 2013 – 2019. Malaysia dengan Marrybrown lebih unggul, dilanjutkan dengan BRF – Brazil, Al – Islami dari Uni Emirat Arab serta Saffron Road, Amerika.
Selanjutnya katagori Fashion, tiga besar negara produsen sektor fashion muslim yaitu Uni Emirat Arab, Cina dan Italia. Pada level keuangan syariah pula sama, Indonesia belum masuk ke dalam negara dengan yang mewakili keuangan syariah di ranah global. Tiga besar pada sektor ini adalah Malaysia, Bahrain dan Uni Emirat Arab dan potensi pasar Bank syariah US$ 4,178 di tahun 2014. Berbagai sektor lain seperti rekreasi halal, halal travel, kosmetik dan farmasi, Indonesia sebagai negara mayoritas muslim belum memiliki produk unggulan untuk menjadi produsen ekonomi halal.
Indonesia baru pada tataran negara tujuan market produsen halal yakni konsumen terbesar makanan halal di dunia di tahun 2013, dengan nilai pasar mencapai US$ 190 Milyar atau sekitar 2,590 Triliun, disusul Turki, Pakistan dan Iran. Walaupun demikian, Indonesia terus berbenah untuk meningkatkan ekonomi pada sektor tersebut.
Sebenarnya potensi komoditas halal Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 – 2014 misalnya US$ 468,84 juta – US$ 763,67. Meskipun usaha pemerintah meningkatkan ekonomi halal belum optimal namun kesadaran akan pentingnya gaya hidup halal mulai disadari oleh masyarakat Indonesia khususnya dari kalangan menengah. Menurut Lutfiel Hakim, Ketua Indonesia Halal Center (IHC), kalangan menengah adalah pangsa pasar market halal di Indonesia dan pertumbuhannya pun meningkat yakni dari 0% di tahun 1999 menjadi 130 juta jiwa atau sekitar 6,5% di tahun 2011.
Menurut Lutfiel, untuk meningkatkan potensi ekonomi halal Indonesia agar mampu bersaing pada ekonomi global, pemerintah harus menyinergikan kebutuhan pasar dan kapasits produksi. Selain itu, produk halal dijadikan sebagai produk unggulan yang bebas dari pajak dan birokrasi yang berbelit agar ekspor dapat ditingkatkan kembali.
Meilia Irawan