Habib Rizieq : Apapun Agama dan Suku, Mari Bergandengan Tangan

by
Habib Rizieq menyampaikan ceramahnya di Gedung Joeang 45, Menteng Jakarta Pusat (20/1). Foto : Eveline Ramadhini

Wartapilihan.com, Jakarta – Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab menjadi bintang di Menteng, Jakarta sore ini. Ketika ia hadir di Gedung Joeang 45, Habib segera diminta untuk melakukan orasi di depan para hadirin. Pada awal ia menjelaskan bahwa Islam dan nasionalis tidak boleh dikotomi.  “Setiap muslim diajarkan oleh agamanya untuk cinta negeri,” terangnya dengan suara menggelegar.

Ia menjelaskan bahwa semestinya kita sebagai bangsa Indonesia meningkatkan kewaspadaan kita, karena 30 indikasi keberadaan PKI sudah ada. “Dalam simposium PKI kemarin, saya sudah mengatakan bahwa terdapat tiga puluh indikasi hadirnya PKI. Ini negeri milik kita bersama. Apapun bangsa dan agamanya, mari kita bergandeng tangan. Kita adalah NKRI, itu semua tanggungjawab kita!”lanjutnya denganmeneriakkan takbir yang diikuti oleh seluruh peserta di dalam ruangan.

Kedatangan Habib Rizieq sebagai ulama besar FPI diiringi dengan seluruh hadirin berdiri menyambutnya. Takbir pun sahut-menyahut di dalam ruangan yang memadati lantai 3 Gedung Joeang 45. Beberapa hadirin laki-laki mencium tangan sang Habib dan hampir ratusan peserta yang hadir mengucapkan shalawat kepada Nabi. Kehadirannya ternyata sangat ditunggu oleh para hadirin yang berasal dari lintas agama dan dihadiri banyak tokoh Nasional. Habib baru datang pada pukul 16.00 WIB untuk mengisi orasi pada acara di Gedung Joeang tersebut.

Sebelumnya, sejak pukul 14.00 WIB acara sudah dimulai. Round Table Discussion dan Press Conference yang bertajuk “Kedaulatan NKRI Tanggungjawab Kita Semua” ini dilaksanakan di Gedung Joeang 45 pada hari Jum’at (20/1), Menteng, Jakarta Pusat. Acara dihadiri oleh berbagai lintas pemuka agama dan para tokoh nasional. Kegiatan ini dimulai sejak pukul 13.30 sampai petang hari.

Habib juga menekankan tentang adanya intelijen negara yang beredar untuk memata-matai ulama. Hal ini pun diamini oleh Permadi dan Lilly Chodidjah Wahid. “Mestinya intel bukan memata-matai ulama, melainkan memata-matai PKI yang sudah jelas-jelas telah berupaya menghancurkan Pancasila dan UUD 1945. Tap MPR yang sudah jelas sebagai kekuasaan tertinggi dan menetapkan tentang larangan terhadap Komunis, sekarang malah dihapuskan,” ujar Habib Rizieq. “Intel silahkan kalau mau kesini, tapi tolong laporkan dengan benar. Saya itu sakit, masa dibilang makan di Restoran X.”

Acara ini diselenggarakan sebagai upaya klarifikasi terhadap publik tentang fitnah yang diberikan kepada umat Islam yang dianggap intoleran dan ingin menghancurkan Pancasila. Hal ini pun diprotes oleh beberapa pembicara karena hal itu tidaklah benar. Menurut Lilly Chodidjah Wahid, ini adalah fitnah yang luar biasa besar terhadap umat Islam dari media.
“Media memutarbalikkan fakta. Kebenaran diputarbalik menjadi kita yang salah,”ujarnya.

Kehadiran beberapa tokoh dari kalangan non muslim pun sempat disuarakan dalam diskusi ini. Samuel sebagai tokoh muda dari Nasrani menjelaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak memecah-belah golongan, melainkan memfasilitasi keberagaman yang ada.
“Pemerintah semestinya bisa memfasilitasi berbagai friksi dan benturan di dalam perbedaan. Itu adalah tugas pemerintah. Libatkan seluruh elemen masyarakat, merangkul semuanya dan bukannya membiarkan bahkan menjadikan saling menghantam.” |

Reporter : Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *