Gencatan senjata yang diinisiasi oleh AS, Rusia, dan Yordania meliput provinsi Deraa, Suweida, dan Quneitra.
Wartapilihan.com, Suriah – Sebuah gencatan senjata telah mulai berlaku di barat daya Suriah setelah sebuah kesepakatan ditengahi oleh AS, Rusia, dan Yordania.
Gencatan senjata dimulai pada tengah hari pada hari Ahad di Provinsi Deraa, Suweida, dan Quneitra di barat daya, di sepanjang perbatasan Yordania.
Sebuah kelompok pemantau mengatakan tidak ada serangan udara atau bentrokan sejak gencatan senjata dimulai. Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan “keadaan tenang sudah berlaku” di daerah tersebut.
Seorang pimpinan pejuang oposisi di Kota Deraa, berbicara dengan kantor berita Reuters, juga mengatakan bahwa tidak ada pertempuran yang signifikan.
Dilaporkan bahwa kesepakatan terjadi karena adanya kekhawatiran dari negara perbatasan, Yordania dan Israel, terhadap kekerasan yang terus meningkat.
Kesepakatan serupa telah ditengahi di Suriah di masa lalu dengan tujuan untuk mendapatkan proses perdamaian setelah perang sipil berkepanjangan yang dimulai pada tahun 2011.
Semua telah gagal menghentikan pertempuran untuk waktu yang lama.
Namun, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Sabtu (8/7) malam, Penasihat Keamanan Nasional AS, HR McMaster, mengatakan bahwa AS “didorong oleh kemajuan yang dicapai untuk mencapai kesepakatan ini”.
“Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk mengalahkan ISIS, membantu mengakhiri konflik di Suriah, mengurangi penderitaan, dan memungkinkan orang kembali ke rumah mereka,” tambahnya. “Kesepakatan ini merupakan langkah penting menuju tujuan bersama ini.”
Pasukan pemerintah Suriah telah mengumumkan penghentian operasi tempur di tiga provinsi tersebut.
Kesepakatan itu terpisah dengan empat zona yang disebut de-eskalasi, yang sedang dinegosiasikan oleh Rusia, Turki, dan Iran.
Pembicaraan tersebut terjadi di ibukota Kazakhstan, Astana, pekan lalu.
Pihak oposisi Suriah akan datang untuk yang ketujuh kalinya di Jenewa dalam beberapa hari mendatang.
Diplomat dari Rusia, Iran, Turki, dan AS berpartisipasi dalam perundingan Astana bersama dengan utusan khusus PBB Staffan de Mistura. Demikian dilaporkan Al Jazeera.II
Moedja Adzim