Wartapilihan.com, Jerman – Pada Senin (6/2) seorang pengungsi Suriah di Jerman bernama Anas Modami (19) bersama pengacaranya membawa kasusnya ke pengadilan untuk menuntut Facebook. Pengungsi Suriah itu pernah mengambil swafoto bersama Kanselir Angel Merkel. Namun, fotonya dimanipulasi dan ia dikaitkan dengan sejumlah aksi terorisme.
Anas Modani mengatakan, media sosial raksasa asal Amerika Serikat tersebut gagal untuk membetulkan foto dan postingan palsu terkait dirinya, seperti serangan di Brussels dan Berlin tahun lalu.
Selain itu, Modamani diklaim berada di antara kelompok pemuda Berlin yang mencoba untuk membakar seorang tunawisma dalam kasus yang memicu kemarahan publik pada Natal lalu.
Modamani yang diwakili oleh pengacara Jerman Chan-Jo Jun secara terpisah telah mengajukan keluhan pidana terhadap Facebook untuk hasutan kebencian.
Jun berpendapat, Facebook harus mematuhi hukum Jerman dan menghapus konten ilegal. Ia juga mengklaim, standar perusahaan tidak mencegah fitnah dan penghinaan.
“Kami ingin mengakhiri hasutan dan fitnah,” kata Jun kepada wartawan pada Senin (6/2) seperti dikutip AFP.
Pribadi yang Baik
Modamani tiba di Jerman pada 2015 bersama puluhan ribu warga Suriah lainnya.
Ketika Merkel mengunjungi penampungan pengungsi di Berli pada September 2015, Modamani mengambil dua gambar swafoto bersama Merkel dengan pose gembira yang juga diambil oleh fotografer kantor berita.
Sejak saat itu, fotonya banyak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Seseorang memotong kemudian menempelkan gambar Modamani ke poster dengan dibubuhi berita palsu, seperti menyatakan bahwa pengungsi yang terkenal karena berfoto dengan Merkel kini menjadi teroris.
Modamani—yang kini mengambil kursus bahasa Jerman dan bekerja di restoran makanan cepat saji—mengatakan, tulisan kebencian tersebut berdampak besar terhadap hidupnya.
“Saya seorang pribadi yang baik,” katanya kepada wartawan.
Facebook melalui juru bicaranya megatakan bahwa Modamani tak seharusnya menempuh jalur hukum setelah sebelumnya meminta maaf karena ada yang menyalahgunakan fotonya.
“Kami berkomitmen untuk pertemuan kami mengenai kewajiban di bawah hukum Jerman dalam kaitannya dengan konten yang dibagikan oleh orang-orang pada platform kami.”
“Kami dengan cepat menonaktifkan akses ke konten yang secara akurat telah dilaporkan kepada kami oleh perwakilan hukum Saudara Modamani, jadi kami tidak percaya bahwa tindakan hukum diperlukan atau itu adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi situasi,” kata juru bicara Facebook kepada AFP.
Namun, Jun berpendapat, beberapa konten jahat masih saja ada dan semua dapat dibebankan kepada Facebook untuk mengidentifikasi penyalahgunaan gambar.
Berita Palsu
Facebook menghadapi kritik di Jerman untuk berita palsu dan ujaran kebencian yang menyebar oleh penggunanya. Pimpinan perusahaan berjanji akan melakukan langkah korektif pada dua hal tersebut.
Perusahaan web raksasa dan lainnya berjanji pada bulan Desember 2015 untuk memeriksa dan menghapus dalam waktu 24 jam setiap komentar kebencian yang menyebar secara online di Jerman, khususnya selama 890 ribu migran pada tahun itu.
Jun pada tahun lalu telah mengajukan tindakan hukum terhadap Facebook di Munich, menuduh para eksekutif telah memaafkan hasutan kebencian dan kekerasan, dan gagal menghapus konten ilegal meskipun sudah diberi tahu.
Menteri Kehakiman Heiko Maas yang telah melakukan negosiasi dengan pemimpin media sosial juga memperingatkan, Facebook dan lainnya dapat dihukum jika mereka tidak memtuhi hukum Jerman.
Okober tahun lalu, pemimpin senior partai tengah-kanan, Volker Kauder, memperingatkan media sosial bahwa Jerman dapat menjatuhkan denda untuk konten ilegal yang tidak dihapus dalam waktu seminggu dengan hukuman 50 ribu euro per konten.
Facebook mengumumkan pada pertengahan Januari akan memperkenalkan langkah-langkah baru untuk mencatat “laporan yang jelas salah” yang dibagi pada platform media sosial.
Selain itu, Facebook akan menawarkan proses yang sederhana bagi pengguna untuk melaporkan sebuah konten yang nantinya akan diidentifikasi oleh organisasi pemeriksa fakta independen. Selain itu, Facebook akan memotong pendapatan iklan untuk situs berita palsu. | Sumber: AFP
Reporter: Moedja Adzim