Fenomena Habib Rizieq Dinilai Menunjukkan Bergesernya Kepemimpinan Islam

by
Habib Rizieq. Foto: merdeka.com

Wartapilihan.com, Jakarta – Dewasa ini telah terjadi pergeseran kepemimpinan di tubuh umat Islam. Jika selama ini, ormas-ormas Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah menjadi pemimpin persoalan umat, namun dalam kasus 411 dan 212, telah terjadi pergeseran. GNPF MUI dengan Habib Rizieq tampil ke muka membawa aspirasi umat.

Demikian dikatakan pengamat politik Islam Fachry Ali M.A dalam seminar Institut Peradaban dengan tema “Pergeseran Kepemimpinan Islam” di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (25/1). Turut hadir dalam acara ini Sekjen PBNU Dr (HC) Ir. H. Helmi Faisal Zaini dan Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y. Tohari MA.

Fachry menilai hal ini terjadi karena NU dan Muhammadiyah terlalu memperdebatkan hal-hal yang teknokratik.

“Misalkan PBNU mempertanyakan dalil aksi dan mengeluarkan fatwa haram solat Jum’at di jalanan,” terangnya.

Padahal, kata Fachry, dalam kasus 411 dan 212, seharusnya NU dan Muhammadiyah tampil ke depan untuk menyerap aspirasi umat. Apalagi di belakang Ahok ada pemodal besar yang berkuasa dalam kasus reklamasi.

“Di dalam situasi ini, NU dan Muhammadiyah seharusnya merebut kepemimpinan jalanan. Tapi mereka sangat teknokratik. Sedangkan masyarakat membutuhkan arah dan kepemimpinan,” tukas mantan aktivis HMI ini.

Penulis buku “Islam, Pancasila dan Pergulatan Politik” ini menegaskan, telah terjadi kesalahan di kalangan elit agama, politik, dan eksekutif dalam merespon persoalan ini. Padahal keterpilihan Jokowi menunjukkan menguatnya kepemimpinan rakyat mengalahkan kepemimpinan elit di tataran nasional.

“Dia orang Solo, tiba-tiba muncul jadi Presiden. Itu tanda-tanda kalau rakyat minta perhatian,” terangnya.

Sekarang di dunia, lanjut Fachry, memang berkembang gerakan anti elitisme. Hal itu bisa dibaca dari fenomena British Exit (Brexit) di Inggris dan terpilihnya Donald Trump di Amerika.

“Nah apakah Habib Rizieq ini tanda-tanda berkembangnya sikap anti elitisme? Maka semakin dia ditangkap, semakin tinggi konsolidasinya,” terangnya.

“Ada rakyat Aceh yang sangat bangga dengan Habib Rizieq. Coba Sekjen PBNU menangkap realitas ini. Jangan bersikap teknokratik,” ujarnya.

Sementara itu, Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini mengaku organisasinya telah mengingatkan Presiden Jokowi dalam kasus penodaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama.

“Kami menyampaikan, ‘Pak Jokowi Anda itu di mata rakyat berada di belakang Ahok.’ Kyai Said juga bilang umat Islam dipinggirkan secara ekonomi,” ujarnya.

Menurut Helmy, NU memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Walaupun tidak ikut menghadiri 411 dan 212, namun PBNU memiliki aspirasi yang sama, hanya beda cara.

“Tapi itu gaya NU menyampaikan aspirasi. Kyai Said ke Jokowi berpesan janganlah harta itu hanya berputar-putar di segelintir orang. Jadi NU itu tidak tuli dan buta (terhadap aspirasi umat),” terang pria kelahiran Cirebon, 44 tahun lalu ini. |

Reporter: Pizaro

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *