Wartapilihan.com, Jakarta – Pengamat Politik Fachry Ali mengaku takjub dengan Gerakan 411 dan 212. Meski diikuti jutaan orang, aksi dapat berlangsung tertib dan damai.
Menurutnya, fenomena ini tidak lepas dari bangkitnya kelompok Islam terpelajar yang selama ini terpinggirkan dalam proses perubahan sosial pasca orde baru.
“Umat Islam selama ini teralienasi,” ujarnya dalam seminar Institut Peradaban dengan tema “Pergeseran Kepemimpinan Islam” di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (25/1).
Fahcry menilai fenomena 411 dan 212 tidak bisa dilepaskan dari elitisme yang menjangkiti partai politik. Akibatnya, keran aspirasi tidak bisa lagi disampaikan oleh masyarakat. Apalagi media massa sudah dikuasai oleh elit dalam menentukan kebenaran.
“Nah yang memilikinya adalah elitisime,” imbuh peraih Master dari University of Monash ini.
Menurutnya, ideologi tidak lagi memainkan peran utama dalam partai politik untuk menentukan siapa kawan dan lawan. Sebab parpol telah berkonsolidasi dengan elit. Parpol menjadi tidak peka terhadap aspirasi rakyat.
“Karena pemilik parpol adalah elit. Maka kepahamannya soal masyarakat patut dipertanyakan,” ujarnya.
Pria asal Aceh itu mencontohkan, menjelang penentuan cagub DKI, aspirasi kader PDIP sebenarnya menghendaki Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk maju. Namun karena elitisme sudah kuat di butuh PDIP, pilihan jatuh kepada Ahok.
“Penguasalah yang menentukan Ahok,” ujarnya. ”Di belakang Ahok itu adalah pemodal. Siapa yang berkuasa pada reklamasi selain pemodal besar?” tukasnya.
Kini, parpol-parpol berupaya mencoba memiiki segala hal untuk berkuasa. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, misalnya, selain memiliki televisi, juga memiliki orang-orang di dalam kabinet. Elitisme akhirnya terjadi di ruang partai dan kekuasaan.
“Inilah sebenarnya yang memberikan kesempatan munculnya Habib Rizieq,” tegasnya.
Reporter: Pizaro