Wartapilihan.com, Jakarta – Ilmu dan etika (adab) adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Contoh utamanya adalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Beliau menyampaikan ilmu dan menggabungkan dua kekuatan ini. Demikian pesan da’i asal Saudi Dr Rasyid Az-Zahrani kepada para aktivis dakwah.
“Begitu juga dengan Ibnu Taimiyah. Beliau memiliki sifat seperti itu dengan meniru Rasulullah. Dia memiliki ilmu tapi juga memiliki etika yang amat luar biasa termasuk kepada terhadap orang yang bersebrangan dengan beliau,” ujarnya kepada Warta Pilihan usai berbincang dengan insan media di Kuningan, Jakarta, Kamis malam (2/3).
Dr. Rasyid adalah seorang da’i yang sering mengisi ceramah di televisi di Arab Saudi. Ia hadir ke Indonesia bersama rombongan Raja Salman. Di Arab Saudi, ia diamanahi sebagai Deputi bidang Media, Kementerian Agama Arab Saudi.
Ia menerangkan, para imam empat mazhab juga memiliki perbedaan. Sebagai contoh, antara Imam Syafii dengan Imam Ahmad mereka memiliki perbedaan dalam berbagai masalah. Namun, antar satu sama lain tetap saling menghargai. “Imam Ahmad sholat di belakang Imam Syafi’i. Bahkan saling mendoakan antara satu dan sama lainnya,” jelasnya.
Jadi perbedaan, kata Dr. Rasyid, kalau dikelola ulama dan orang berilmu, maka tidak akan ada masalah, bahkan membawa rahmat. “Tapi jika perbedaan itu dikendalilkan oleh orang-orang bodoh yang tidak punya ilmu, itu akan membawa petaka,” imbuhnya.
Di Arab Saudi, banyak orang Indonesia sholat di belakang Imam Masjidil Haram. Begitu pula saat kembali ke Indonesia, mereka solat di belakang Imam Indonesia. “Persoalan ini tidak akan meruncing jika semuanya menggunakan ilmu,” tukasnya.
Ia mengatakan, hubungan Indonesia dengan Arab Saudi sangat istimewa. Satu bukti saling cinta di antara kedua negara adalah sambutan luar biasa terhadap Raja Salman ke Indonesia. “Ini bukti yang luar biasa,” jawabnya antusias saat diminta pesannya terhadap persatuan Ahlussunah.
Dua kekuatan ini jika digabungkan, lanjut Dr. Rasyid, sungguh luar biasa. Di satu sisi, Arab Saudi memiliki kekuatan ilmu, di sana ada Kota Suci Mekkah dan Madinah. Sedangkan Indonesia memiliki kekuatan masyarakat yang luar biasa. “Jika kekuatan ini bisa berpadu, kita bisa menyatukan Ahlussunah wal Jama’ah,” pungkasnya.
Reporter: Pizaro