Wartapilihan.com, Jakarta – Dr Tiar Anwar Bachtiar, Dosen Universitas Padjajaran Bandung menyatakan bahwa tindakan-tindakan justru FPI harus diapresiasi karena berani turun memberantas kemaksiatan. “FPI itu memang wilayah geraknya pada bidang nahi munkar. FPI selalu muncul ketika kemunkaran terjadi. Watak kemunkaran biasanya disertai ancaman-ancaman kekerasan juga. Oleh sebab itu, wajar bila FPI pun kadang tampil dengan wajah keras,” terang Tiar kepada Warta Pilihan pagi ini (25/1), menanggapi kritik keras Boni Hargens terhadap FPI.
(Baca Boni Hargens : Saya Resah dengan FPI)
Kesalahan analisis Hargens, menurut intelektual muda Persis ini adalah melepaskan tindakan-tindakan FPI dari konteks sosiologisnya. “Seolah-olah seluruh tindakan FPI dalam situasi apapun berisi kekerasan. Padahal, kalau mau lihat kondisi sosiologisnya, maka kita bisa maklum,”jelasnya.
Ia mencontohkan minuman keras, judi, dan tempat-tempat maksiat adalah kemungkaran. “Ketika aparat yang memegang Pancasila diam bahkan cenderung jadi beking, padahal Pancasila pasti melarangnya, justru FPI harus diapresiasi karena berani turun memberantas kemaksiatan ini. FPI dalam hal ini pasti juga tengah membela Pancasila,”papar Tiar yang juga Dosen STAI Persis Garut.
Permasalahannya, kata Tiar, tempat-tempat maksiat itu semua orang tahu, dilindungi oleh preman. “Kalau FPI tidak siap fisik, pasti tidak akan bisa melakukan nahi mungkar. Oleh sebab itu, FPI terkesan keras. Di luar itu, tindakan-tindakan FPI normal-normal saja,”tambahnya.
“Soal ceramah-ceramah Habib Rizieq yang juga keras, saya kira itu adalah gayanya saja begitu. Tidak semua ustadz FPI berceramah keras model Habib Rizieq,”terang penulis buku Pemikiran Politik Ahmad Hasan ini.
Menurutnya, Boni Hargens terlalu paranoid dengan istilah “fundamentalisme agama”. “Padahal dalam Islam susah menerapkan definisi ini dalam kehidupan nyata. Kalau kasus 212 dianggap ciri fundamentalisme, coba teliti siapa yang ikut dalam gerakan ini yang jumlahnya sampai lebih dari 3 juta. Apakah ciri fundamentalis ada dalam kehidupan mereka sehari-hari? Secara ilmiah pandangan ini, bukan pandangan seorang akademisi, tapi pandangan pengidap paranoia akut terhadap Islam dan umat Islam,”paparnya. |
Redaksi : Nuim Hidayat