CSIL merasa perlu mendorong rancangan masa depan kepemimpinan nubuwwah yang tersusun rapi sebagaimana diingatkan Allah dalam surat Ash-Shaff dan Az-Zumar.
Wartapilihan.com, Jakarta – Direktur CSIL, Centre of Study for Indonesian Leadership Aji Dedi Mulawarman menyampaikan, beberapa hal harus yang didorong ke depan oleh CSIL, sebagai lembaga think thank, salah satunya adalah Prophetic Leadership atau Kepemimpinan Nubuwwah.
“CSIL merasa perlu mendorong rancangan masa depan kepemimpinan nubuwwah yang tersusun rapi sebagaimana diingatkan Allah dalam surat Ash-Shaff dan Az-Zummar,” kata Aji Dedi dalam silaturahmi Idul Fitri 1438 H di Jakarta.
Prophetic Leadership atau Kepemimpinan Nubuwwah yang dimaksud Aji Dedi adalah kepemimpinan yang pernah diterapkan oleh para nabi yang kemudian disempurnakan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
“Manajemen Rasulullah adalah mekanisme mutakhir yang ditawarkan dari hasil evaluasi kesejarahan yang telah dilakukan di jaman kerasulan dan kenabian sebelumnya, di mana Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa masih belum menyelesaikan secara tuntas mekanisme pembangunan peradabannya,” sambungnya.
Menurutnya, gagasan tentang Desain Kepemimpinan Nubuwwah harus dibincangkan serius di tahun 2017 ini, untuk menjadi aras atau mainstream baru ala Indonesia, yang menjadi rujukan kepemimpinan ummat.
“Di dalamnya terdapat pula gagasan dan perkaderan kepemimpinan umat secara nasional sekaligus bersifat lokal,” jelasnya.
Ia pun menyebutkan, ada beberapa gagasan yang harus direalisasikan untuk mewujudkan Kepemimpinan Nubuwwah tersebut. Pertama, gagasan utama berorientasi normatif Quran dan Sunnah yang diadaptasikan pada koridor kembalinya UUD 1945 yang berasas Pancasila.
“Kedua, arah ketatanegaraan Keindonesiaan (bagaimana membumikan perpolitikan nasional berbasis syura, sistem kepartaian dan dan kepemimpinan nasional),” imbuhnya.
Ketiga, arah strategis 2017-2040 (dari yang adaptif demokrasi kontekstual menuju intervensi Kepemimpinan Nubuwwah Hingga kembalinya Pancasila sebagai dasar UUD 1945 yang aplikatif dalam kepemimpinan nasional hingga daerah).
“Sebagai salah satu implementasi awalnya bisa jadi apabila rencana Majelis Umat Islam Indonesia yang di dalamnya terdapat gabungan banyak tokoh untuk ulama, pemimpin formal dan informal, cendekiawan, saudagar, tokoh umat lainnya, dapat dilaksanakan pula dalam waktu yang tidak lama,” jelas dia.
Sedangkan sebagai jalan antara selama desain Kepemimpinan Nubuwwah yang sangat dekat dengan ide Syura berbasis Pancasila sila keempat belum menjadi kenyataan, maka harus dilakukan persiapan yang sangat kuat dalam tiga hal penting.
“Pertama, menyiapkan kader kepemimpinan daerah dan nasional di tahun 2018, 2019, 2024, dan 2029 yang menjadi dasar bagi penguatan kepemimpinan nubuwwah tahun 2040. Kedua, riset dan database nasional ummat Islam untuk menjadi dasar bagi analisis politik ummat baik daerah maupun nasional dan Ketiga, Kajian serius untuk mendorong pada alternatif maupun usulan perubahan ketatanegaraan dan regulasi nasional sesuai jiwa kenegaraan kita yang asali, Pancasila dan UUD 1945 sesuai semangat para founding fathers di mana para ulama waktu itu ikut berperan aktif,” pungkasnya.
Dalam acara tersebut hadir Intelektual Muslim, Prof. Dr. Fuad Amsyari, yang akan menyampaikan ceramah dengan tema Kepemimpinan Nasional dan Masa Depan Ummat.
[Ahmad Zuhdi]