Di hadapan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali, Pimpinan dan anggota DPR, Pimpinan dan anggota partai Golkar serta seluruh rekan-rekan seperjuangan para wartawan, baik cetak maupun elektronik, Ketua DPR Bambang Soesatyo memberikan pidato perdana dengan judul: “Senayan Pelangi Indonesia”.
Wartapilihan.com, Jakarta –-“Masih segar dalam ingatan saya, 32 tahun yang lalu saya duduk dan kadang berdiri di atas sebagai wartawan, dan sampai saat ini pun saya masih wartawan,” ujar sapaan akrab Bamsoet membuka pidatonya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.
Mengawali pidatonya, ia mengajak seluruh hadirin untuk mengirimkan doa dan harapan kesembuhan kepada Ketua DPR RI periode Januari hingga November 2016, yaitu Ade Komaruddin. Selain itu, Bamsoet mengucapkan syukur dan terima kasih atas kepercayaan yang dilimpahkan kepadanya.
“Saya bertekad untuk melaksanakan tugas baru ini dengan sepenuh hati, dengan tetap meminta petunjuk kepada Allah SWT, serta dengan senantiasa berpegang teguh pada pilar-pilar utama kebangsaan kita, yaitu UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan prinsip mulia Bhineka Tunggal Ika,” tuturnya.
Menurutnya, posisi yang terhormat sebagai Ketua DPR RI bukanlah sekadar jabatan atau kedudukan, tetapi sebuah amanah untuk merealisasikan cita-cita bersama akan sebuah negeri yang lebih maju, lebih sejahtera, dan lebih bermartabat. Untuk itu, dirinya akan melaksanakan tugas mulia ini dengan melibatkan semua elemen politik yang ada, bukan dengan mempertajam perbedaan, tetapi untuk mencari persamaan serta untuk membuka kemungkinan bagi kerja sama yang lebih harmonis.
“DPR RI harus menjadi sebuah simbol dari cita-cita ideal bangsa Indonesia. Walaupun harus diakui bahwa selama ini idealisasi semacam itu masih terasa jauh, namun kita tidak boleh perputus asa. Kita menyadari bahwa kaum politisi di lembaga terhormat ini masih sering dikritik dari kiri dan kanan,” ungkapnya.
Singkatnya, terang Bamsoet di masa-masa mendatang DPR harus terus bertekad untuk mewujudkan lembaga perwakilan yang representatif, harmonis dan produktif sekaligus. Dia menilai, hanya dengan semua inilah demokrasi Indonesia akan menjadi demokrasi yang matang.
“DPR RI adalah simbol kemajemukan masyarakat Indonesia. Senayan adalah pelangi Indonesia. Di sinilah kita bertemu dengan semua spektrum politik kebangsaan kita. Kita harus merawat keragaman ini, sambil berupaya agar masyarakat Indonesia yang diwakilinya mampu untuk terus melangkah mengejar kemajuan bersama,” ucap Bamsoet.
Selain itu, kata dia, Senayan adalah refleksi dari dinamika dan perkembangan di Tanah Air. Zaman berputar cepat, politik kian berubah, dan generasi baru mulai tumbuh dan berkembang. DPR sekarang adalah DPR di “zaman now,” sebuah lembaga politik yang terus menjadi sorotan, di tengah terpaan arus sosmed, dan karena itu harus terus terbuka untuk mengadopsi kehendak serta tuntutan zaman baru.
“Kita tidak boleh tenggelam dalam zaman yang lewat. Kita harus bergerak bersamanya, atau terancam untuk menjadi lembaga perwakilan yang semakin tersudut. Insya Allah, atas kesadaran dan kerja keras kita bersama, hal semacam ini tidak akan terjadi,” tegas Bamsoet.
Dalam waktu sisa yang tidak terlalu lama, Bamsoet akan berupaya memperkuat fungsi dasar DPR RI, yaitu legislasi, pengawasan, dan anggaran. Menurutnya, ketiga fungsi ini harus berjalan seiring dan saling mendukung. Termasuk penguatan terhadap tugas, fungsi dan kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), sebagai benteng kehormatan tidak saja kepada para anggota. Tetapi juga kepada DPR sebagai institusi lembaga tinggi negara.
“Sebagai bagian dari pimpinan DPR, panduan kami dalam mengordinasikan kerja-kerja politik dari alat kelengkapan dewan adalah amanat konstitusi. Dalam hal ini, kami akan mendorong lahirnya produk-produk legislasi yang relevan dengan kepentingan jangka panjang seluruh bangsa Indonesia. Kami juga akan melakukan pengawasan yang seksama dan responsif terhadap kebutuhan rakyat, serta memastikan alokasi anggaran yang mampu mendorong kesejahteraan dan keadilan sekaligus,” tandasnya.
Khusus terhadap lembaga eksekutif, dan lebih khusus lagi terhadap Pemerintahan Presiden joko Widodo, ia akan membantu untuk memposisikan lembaga perwakilan yang terhormat (DPR) sebagai sebuah mitra yang kontributif, produktif, akrab dan bersahabat.
“Dalam perjalanan kebangsaan Indonesia, DPR adalah mitra eksekutif. Sebagai Mitra kita akan mendorong berbagai program dan kebijakan yang memang baik dan perlu. Namun, sebagai mitra sejati tentu kita harus siap dan sanggup mengingatkan, serta turut memberikan solusi bagi berbagai hal yang masih perlu dibenahi. Semua yang sudah berjalan baik harus dilanjutkan, namun berbagai hal yang memang masih perlu dibenahi tentu harus dicarikan jalannya,” kata dia.
“Salah satu pokok soal yang harus kita perhatikan dengan baik adalah masalah korupsi. Terus terang, dalam soal ini, di dalam masyarakat sudah berkembang sebuah citra yang sangat negatif terhadap DPR RI. Kita harus menyadari hal ini serta melakukan langkah-langkah mendasar untuk mengubahnya, terutama dimulai dari diri dan rumah kita terlebih dahulu,” imbuhnya.
Secara kelembagaan, tambah Bamsoet, DPR akan memperkuat dan mendorong sinergi dari tiga lembaga hukum yang ada, yaitu KPK, kejaksaan, dan kepolisian. Presidium KAHMI itu menilai, jika ketiga lembaga ini semakin kuat dan efektif, maka harapan akan sebuah negeri yang bersih dengan pemerintahan yang kuat serta berwibawa akan semakin mudah untuk terwujud.
“Saya tidak pernah mencari dan meminta sebuah posisi, namun jalan hidup dan takdir ilahi ternyata mempunyai suratannya sendiri. Karena itu, saya juga memohon doa kepada semua pihak agar perjalanan saya ini tetap berada di garis yang lurus dan diridhoi oleh Allah SWT. Tidak ada yang dapat saya tawarkan selain semangat persahabatan dan kerja keras dalam menyusun langkah bersama di masa-masa mendatang,” tutupnya.
Ahmad Zuhdi