ACT Kirim Tim ke Somalia

by
Warga Somalia menderita kelaparan. Foto: ACT

Wartapilihan.com, Somalia – Senin (13/3) Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk respons kelaparan Somalia melakukan perjalanan menuju Kota Mogadishu. Dari Jakarta, tim berangkat menuju Somalia via Istanbul, Turki. Hanya lewat Istanbul kota penghubung satu-satunya paling dekat untuk mencapai Mogadishu. Tidak ada penerbangan lanjutan yang menghubungkan Asia dengan Mogadishu selain lewat Istanbul.

Di Baidoa, merespons krisis kelaparan, ACT akan mendistribusikan ribuan paket pangan. Sebarannya menjangkau desa-desa gersang di Mogadishu, Baidoa sampai ke Doolow di utara Somalia.

Selain itu, tim ACT untuk Somalia juga bakal mendata kebutuhan untuk pembangunan sumur. “Perkiraannya satu buah sumur di Baidoa membutuhkan kedalaman hingga 350 meter baru menemukan air. ACT perlu berbuat sesuatu jangka panjang untuk meredam kekeringan Somalia di tahun berikutnya,” kata Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response, Aksi Cepat Tanggap dalam keterangan kepada Warta Pilihan, Senin (13/3).

Andi mengatakan, dunia memang harus bergerak cepat untuk Somalia. Namun, yang dibutuhkan bukan hanya gerak reaktif, ada langkah panjang yang perlu dipikirkan matang untuk menyiapkan Somalia dalam kekeringan tahun-tahun berikutnya.

“Ketika kekeringan alami menjadi pangkal masalah utama, maka langkah jangka panjang yang harus disiapkan untuk Somalia adalah kebutuhan air bersih. Irigasi air bersih, juga waduk air bersih yang menampung air hujan dalam jumlah dan waktu yang lama, krusial diterapkan di desa-desa gersang Somalia,” ujarnya.

Nihilnya air bersih di musim kering harusnya tak membuat risau jika cadangan air sudah disiapkan. Sumur-sumur air bersih yang digali pada kedalaman tertentu pun harusnya bisa jadi solusi.

Sudah sejak setahun lalu, kata Andi, ACT bertandang ke Baidoa, wilayah sebelah Barat Laut Mogadishu, di wilayah gersang dan terik ini, kasus kelaparan dan dilema kolera Somalia pertama kali merebak. Di Baidoa, ACT menyingkap pangkal masalah ini.

“Ada masalah pelik dalam urusan menabung air bagi warga Baidoa. Sumur yang digali warga setempat tak sedikitpun mengeluarkan air, sebab kedalamannya tidak lebih dari 20 meter,” tukasnya.

Menyikapi dilema kelaparan dan kekeringan di Baidoa juga di wilayah lainnya di Somalia, butuh komitmen jangka panjang. Tidak hanya tentang merespons kiris. Tapi juga tahun demi tahun membantu membangun komunitas orang-orang di Somalia, menguatkan mereka untuk menghadapi kekeringan di tahun berikutnya.

“Atas nama kemanusiaan, harusnya bangsa ini, mampu berbuat sesuatu untuk Somalia,” Andi menekankan.

Reporter: Pizaro

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *